Musim Hujan Tiba, Satgas Covid-19 Waspadai Ancaman Klaster Pengungsian
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan awal musim hujan akan terjadi pada Oktober 2020 mendatang. Memasuki musim pancaroba, hujan deras disertai petir dan angin kencang mulai terjadi di beberapa wilayah.
Di tengah pandemi, Satgas Penanganan Covid-19 mengantisipasi risiko tambahan berupa bencana banjir dan tanah longsor harus diwaspadai. “Lokasi yang potensial jadi klaster penularan adalah lokasi pengungsian bila terjadi banjir," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (24/9).
Ia pun meminta kepala daearah untuk bersiap siaga dan meminimalisir risiko penularan Covid-19 selama musim hujan. Bila terdapat banyak pengungsi banjir, ada potensi besar terciptanya klaster virus corona baru di pengungsian.
Oleh karenanya, kebersihan lokasi pengungsian perlu dijaga agar para pengungsi terhindar dari penyakit lainnya yang mudah menular kala musim hujan. Beberapa di antaranya seperti demam berdarah, lepra, tifus, diare dan penyakit kulit.
Semua penyakit tersebut, lanjut dia, dapat menurunkan imunitas manusia. Akibatnya, masyarakat dapat menjadi rentan tertular Covid-19.
Wiku berpesan, pengungsi dapat mematuhi protokol kesehatan, yaitu menjaga jarak, menggunakan masker, dan mencuci tangan. Jika tidak memungkinkan menjaga jarak, ia meminta pemerintah setempat memastikan adanya sirkulasi udara yang baik, sinar matahari yang cukup, dan memastikan kebersihan lokasi pengungsian.
Banjir adalah salah satu bencana alam yang paling sering melanda Indonesia. Berikut grafiknya di Databoks:
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyampaikan langkah kesiapsiagaan menghadapi banjir hingga tanah longsor kepada pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan menyampaikan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat provinsi, kabupaten dan kota perlu melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan. Selain itu, pemerintah daerah dapat melakukan koordinasi secara berkala dengan dinas terkait dan aparatur kabupaten dan kota di daerah setempat.
Ia juga meminta, pemerintah daerah memantau informasi peringatan dini cuaca dan potensi ancaman bencana melalui beberapa situs dari Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), serta BNPB.
Selanjutnya, perlu ada upaya penyebarluasan informasi peringatan dini bahaya banjir, banjir bandang dan tanah longsor kepada masyarakat. "Khususnya yang bermukim di wilayah yang berisiko tinggi,” ujar Lilik melalui surat yang dikirimkan kepada 27 kepala pelaksana badan penanggulangan bencana di tingkat provinsi pada Rabu (23/9).
Kemudian, BPBD juga diminta menyiapkan tempat evakuasi yang berbeda antara masyarakat yang sehat dengan terkonfirmasi positif COVID-19. Kegiatan pencegahan dan kesiapsiagaan juga perlu mematuhi protokol kesehatan, seperti jaga jarak, menggunakan masker, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
Sebagaimana diketahui, banjir telah terjadi di beberapa daerah. Salah satunya, banjir terjadi di Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Pada Kamis (24/9) pukul 12.18, banjir akibat luapan debit air Sungai Ogolatfa tersebut telah berangsur surut.
Data sementara per Kamis siang, 130 unit rumah terendam dan 3 unit rumah mengalami rusak berat. Saat kejadian, tinggi muka air antara 50 hingga 60 cm.
Tak hanya itu, banjir juga terjadi di beberapa kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat pada Rabu (23/9), pukul 16.00 WIB. Banjir dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi hingga mengakibatkan debit air Sungai Paiman meluap.
Selain banjir, tanah longsor juga terjadi di kabupaten tersebut akibat kondisi tanah labil dan dipicu curah hujan tinggi. Akses jalan dari Padang Paiman menuju Bengkulu sempat tertimbun material longsor. BPBD juga melaporkan rumah rusak berat 1 unit akibat peristiwa ini.
Sementara di utara Sumatera, tanah longsor telah melanda enam kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh pada Rabu (23/9) pukul 17.23 WIB. Struktur tanah yang labil menjadi pemicu terjadinya tanah longsor.
Enam kecamatan terdampak tersebut yakni Blangpidie (Desa Mata Le dan Alu Mangota), Kecamatan Susoh (Padang Baru dan Pulau Kayu), Kecamatan Tangan Tangan (Gunung Cut, Padang Kawa dan Blang Padang), Kecamatan Manggeng (Tokoh I dan Padang), Kecamatan Lembah Sabil (Tokoh II) dan Kecamatan Babahrot (Gunung Samarinda). Total desa terdampak sebanyak 11 desa pada 6 kecamatan tersebut.
Di Pulau Jawa, bencana banjir bandang melanda Sukabumi, Jawa Barat pada Senin (21/9). Bersasarkan laporan pada 23 September, dua warga meninggal dunia dan seorang warga masih dalam proses pencarian. Sementara itu ada 10 orang luka-luka yang dilarikan ke Rumah Sakit terdekat.
Sedikitnya 127 unit rumah yang tersebar di 11 desa terdampak, dengan rincian 34 unit rumah rusak berat, 23 rusak sedang, dan 70 rusak ringan (RR). Bupati setempat pun menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari, terhitung 21 hingga 27 September 2020.
Sedangkan, angin puting beliung telah menerjang Desa Karangmalang, Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Selasa (22/9) pukul 14.40 WIB. Sedikitnya dua orang luka ringan setelah angin puting beliung disertai hujan dengan intensitas tinggi terjadi.
Berdasarkan laporan BPBD Kabupaten Cirebon, bencana itu berdampak pada 33 KK/48 jiwa. Adapun sebanyak 25 unit rumah dilaporkan rusak ringan (RR) atas peristiwa tersebut.
Di Kalimantan, banjir terjadi di dua kecamatan, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat pada Selasa (22/9). Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB mencatat, banjir menggenangi 15 desa di dua kecamatan.
Selama penanganan darurat di lokasi, petugas menghadapi kendala akses komunikasi untuk mendapatkan informasi dari beberapa titik banjir. Selain itu, penambahan perahu karet sangat dibutuhkan untuk menembus akses lokasi terdampak.