Jokowi Masih Buka Impor Garam Industri dengan Rekomendasi Kemenperin

Rizky Alika
5 Oktober 2020, 19:51
Petani memanen garam di area tambak Desa Surodadi, Kedung, Jepara, Jawa Tengah, Senin (27/7/2020). Menurut petani, akibat musim kemarau yang cenderung basah, masa produksi garam saat ini mundur dan cenderung menurun dibanding tahun sebelumnya dan harga ga
ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/wsj.
Petani memanen garam di area tambak Desa Surodadi, Kedung, Jepara, Jawa Tengah, Senin (27/7/2020). Menurut petani, akibat musim kemarau yang cenderung basah, masa produksi garam saat ini mundur dan cenderung menurun dibanding tahun sebelumnya dan harga garam saat ini rata-rata Rp20 ribu-Rp25 ribu per keranjang (90 kilogram).

Presiden Joko Widodo kembali menyoroti ketergantungan terhadap impor garam. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Jokowi masih mengizinkan impor garam secara langsung oleh industri dengan rekomendasi dari Kementerian Perindustrian.

"Presiden setuju bahwa industri-industri untuk makanan dan industri yang butuh garam industri, mereka mengimpor langsung dengan rekomendasi Kemenperin" kata Luhut usai menghadiri rapat terbatas dengan Jokowi secara virtual, Senin (5/10).

Advertisement

Luhut pun mengatakan, industri yang membocorkan pasokan garam impor ke pasar akan dicabut izin impornya. Sanksi akan diberikan oleh Kementerian Perindustrian.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan, Kementerian Perindustrian akan melakukan verifikasi kebutuhan impor garam atau gula terhadap kebutuhan industri. Menurutnya, proses verifikasi akan dilakukan secara ketat.

Selain itu, Kemenperin akan menggandeng pihak ketiga, yaitu PT Sucofindo untuk melakukan verifikasi impor. "Sehingga hasil verifikasi kami harap menjadi objektif," ujar dia.

Ia juga memastikan, bahan baku yang diimpor oleh industri tidak merembes pasar. Sanksi yang tegas akan diberikan bagi importir yang menjual garam atau gula impor tersebut ke pasar.

Agus mengatakan, kebutuhan garam untuk inddustri terus meningkat. Menurutnya, kebutuhan garam nasional pada tahun ini lebih tinggi 6,8% dari tahun lalu.

Ia memprediksi, kebutuhan garam industri akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri pengguna garam. Agus menyebutkan, industri pengguna garam terbesar ialah Chlor Alkali Plant (CAP), seperti untuk pengolahan kaca PT Asahimas, bahan kimia PT Sulfindo Adiusaha, hingga pemutih kertas PT Riau Andalan Pulp and Paper.

Pada 2019, total impor garam untuk industri mencapai US$ 108 juta. Dengan impor tersebut, para industri penghasil garam telah melakukan ekspor produknya sebesar US$ 37,7 miliar selama 2019.

"Jadi bisa kita bayangkan betapa nilai tambah yang diberikan oleh hilirisasi dari penyerapan garam industri," kata Agus.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement