Potensi Pasar Besar Ekspor CPO Tahun 2021, dari Tiongkok hingga Afrika

Rizky Alika
4 Desember 2020, 09:16
Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Muara Sabak Barat, Tajungjabung Timur, Jambi, Jumat (10/7/2020).Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat permintaan produk sawit dunia mulai bergerak naik yang ditandai naiknya harga Crude Palm
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/pras.
Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Muara Sabak Barat, Tajungjabung Timur, Jambi, Jumat (10/7/2020).Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat permintaan produk sawit dunia mulai bergerak naik yang ditandai naiknya harga Crude Palm Oil (CPO) pada Juli 2020 menjadi 662 dolar AS per metrik ton dibandingkan bulan sebelumnya yakni 569 dolar AS.

Ekspor minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) turut terdampak oleh pandemi Covid-19. Tahun ini, kinerja ekspor minyak sawit ke mitra dagang utama tertekan seiring dengan terjadinya karantina wilayah di negara tujuan.

Bagaimana proyeksi ekspor CPO pada tahun depan? Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan, ekspor minyak kelapa sawit telah membaik pada Juni hingga Agustus lalu.

Advertisement

"Menjelang akhir tahun 2020, hal ini indikator akan menguat kembali," kata dia dalam acara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2020 New Normal yang digelar secara virtual, Kamis (3/12).

Ia pun menyoroti tiga mitra tujuan ekspor Indonesia, yaitu Tiongkok, India, dan Afrika. Di Tiongkok, permintaan diperkirakan telah kembali stabil dan normal.

Pada Juli hingga September, ekspor minyak sawit menuju Tiongkok menunjukkan perbaikan. Secara rinci, total ekspor ke Tiongkok pada Mei sempat terpuruk, yaitu 330 ribu ton. Kemudian pada Juni menjadi 440 ribu ton dan meningkat pada Juli menjadi 629 ribu ton. Pada September, kinerja ekspor mengalami kenaikan tipis menjadi 645 ribu ton.

Adapun, lanjut Togar, sebagian minyak yang dikirim ke Negeri Tirai Bambu digunakan sebagai energi diesel/solar dan langsung dicampur dalam mesin diesel.

Togar pun melihat ada peluang peningkatan ekspor seiring dengan ekonomi Tiongkok tumbuh positif pada 2020. IMF (International Monetary Fund) menunjukkan, ekonomi Tiongkok pada 2020 tumbuh sekitar 1,9%. "Sehingga, kami berharap tingkat permintaan Tiongkok akan perlahan kembali normal pada 2021," ujar dia.

Namun, kondisi berbeda terjadi di India. Permintaan minyak sawit di India sempat kembali normal pada Juni, yaitu sebesar 583 ribu ton dan Juli sebesar 552 ribu ton. Kemudian, permintaanya kembali menurun pada Agustus dan September masing-masing sebesar 351 ribu ton dan 352 ribu ton.

Kinerja ekspor ke Negeri Bollywood pada Agustus dan September tersebut tidak jauh berbeda saat lockdown dilakukan pada Maret hingga Mei 2020.

Berikut adalah Databoks tujuan ekspor sawit terbesar Indonesia tahun lalu:

Sedangkan di Afrika, setiap tahun ada kenaikan angka ekspor. Pada 2017, total ekspor CPO ke Afrika mencapai 2,28 juta ton. Kemudian, kinerja ekspor ke Afrika megalami peningkatan pada 2018 dan 2019 yaitu masing-masing 2,58 juta ton dan 3,02 juta ton.

Togar pun melihat ada peluang peningkatan ekspor ke benua tersebut. "Afrika memiliki satu miliar penduduk dan hal tersebut akan menjadi target pasar baru dari Indonesia," ujar dia.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement