Angka Golput di Pilkada Medan Lebih Tinggi dari Suara Bobby Nasution

Rizky Alika
17 Desember 2020, 18:38
Pasangan calon Wali Kota-Wakil Wali Kota Medan nomor urut dua Bobby Nasution (ketiga kiri) dan Aulia Rachman (keempat kiri) menyalami pendukung sebelum memberi tanggapan terkait hitungan cepat perolehan suara Pilkada Kota Medan 2020, di Medan, Sumatera ut
ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi/Lmo/aww.
Pasangan calon Wali Kota-Wakil Wali Kota Medan nomor urut dua Bobby Nasution (ketiga kiri) dan Aulia Rachman (keempat kiri) menyalami pendukung sebelum memberi tanggapan terkait hitungan cepat perolehan suara Pilkada Kota Medan 2020, di Medan, Sumatera utara, Rabu (9/12/2020). Sejumlah lembaga survei menyebutkan pasangan calon Wali Kota-Wakil Wali Kota Medan Bobby Nasution-Aulia Rachman unggul mengalahkan pasangan calon Akhyar Nasution-Salman Alfarisi.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menyelesaikan rekapitulasi penghitungan suara pemilihan kepala daerah Kota Medan. Hasilnya, menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution yang berpasangan dengan kader Gerindra Aulia Rachman memenangi Pilkada.

Berdasarkan rekapitulasi KPU Medan, Bobby-Aulia memperoleh 393.327 suara atau 53,45% dari suara sah. Sementara itu, rival mereka yakni Calon Wali Kota Petahana Akhyar Nasution yang berpasangan dengan Salman Alfarisi meraih 342.580 suara atau 46,55%.

Advertisement

Bagaimanapun, perolehan suara Bobby - Aulia tetap kalah jika dibandingkan dengan warga yang tidak memberikan suaranya atau golongan putih (golput). Sebab warga yang tidak menggunakan hak pilihnya mencapai 886.964 orang atau 54,22% dari 1.635.846 total pemilih.

Dalam Pilkada Medan kali ini, total suara sah mencapai 735.907 suara, sedangkan yang tidak sah 12.915 suara. Dengan demikian, tercatat sebanyak 748.882 orang yang menggunakan hak pilihnya.

Angka golput yang tinggi ini merupakan kelanjutan dari tren serupa dalam setidaknya dua pilkada terakhir. Pada 2010 misalnya, warga yang mencoblos hanya sekitar 38%. Begitu juga dengan 2015 lalu, hanya 25,38% warga menggunakan hak pilihnya.

Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Aisah Putri Budiarti mengatakan tren rendahnya partisipasi pemilih di Medan bisa disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu kemungkinannya adalah kurangnya sosialisasi.

Faktor lain kemungkinan karena kinerja walikota sebelumnya kurang memberikan dampak terhadap warga. Pasangan calon yang ada sekarang pun dinilai kurang menjanjikan. “Bisa saja antusiasme ini dipengaruhi oleh sosok calon yang ada,” katanya.

Sementara itu, Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan, dari 91% responden yang tahu di daerahnya ada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada 9 Desember 2020, sekitar 8% mengaku tidak akan ikut memilih. Alasannya, sebanyak 38% responden takut tertular atau menularkan virus. 

Simak Databooks berikut:

Pelanggaran Protokol Kesehatan

Sementara itu, Ombudsman melakukan pengawasan terhadap penerapan protokol kesehatan saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2020. Hasilnya, ada 11% Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tidak mengatur jaga jarak saat Pilkada.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika, Antara
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement