Dilema Rencana Jokowi Menghapus Pupuk Subsidi

Pingit Aria
15 Januari 2021, 10:01
Petani menebar pupuk di areal sawah desa Brondong, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (8/1/2021).
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc.
Petani menebar pupuk di areal sawah desa Brondong, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (8/1/2021).
  • Jokowi menilai subsidi pupuk gagal meningkatkan produksi pertanian.
  • Petani masih bergantung pada subsidi.
  • Pemerintah perlu membenahi masalah distribusi. 

Presiden Joko Widodo geram. Subsidi pupuk yang puluhan tahun digelontorkan dari anggaran negara dianggapnya sia-sia. Mungkinkah program subsidi pupuk dihapus?

"Kita beri pupuk, 'kembaliannya' ke kita apa? Apakah produksi melompat naik? Rp 33 triliun (subsidi), saya tanya 'kembaliannya' apa?" kata Jokowi dalam Rakernas Pembangunan Pertanian Tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Senin lalu (11/1).

Advertisement

Presiden mengatakan, ketersediaan pupuk dan bibit unggul penting untuk memajukan pertanian. Namun jika itu dilakukan sebatas rutinitas, tanpa inovasi, maka pertanian nasional tidak mampu bersaing.

"Tolong dievaluasi (subsidi pupuk), ini ada yang salah. Saya sudah berkali-kali minta ini," kata Jokowi.

Sorotan tajam Presiden tersebut seakan kembali membuka problematika lawas program subsidi pupuk oleh pemerintah. Data Kementerian Keuangan, pada 2014, tahun pertama Jokowi menjabat Presiden, pemerintah mengalokasikan Rp 21,04 triliun untuk subsidi pupuk. Tahun 2019 anggarannya telah naik menjadi Rp 34,3 triliun. 

Namun, pada tahun lalu, anggaran subsidi pupuk menurun menjadi Rp 29,7 triliun. Adapun, pada tahun ini, alokasi anggaran subsidinya menciut lagi menjadi Rp 25,27 triliun. Jumlah tersebut berbeda dibandingkan pernyataan Jokowi di atas, yang mengeluhkan dana subsidi pupuk sebesar Rp 33 triliun.

Pada saat yang sama, Food and Agriculture Organization (FAO) mencatat, produksi sejumlah komoditas pangan Indonesia stagnan bahkan menurun. Produksi padi misalnya, stagnan di kisaran 59 juta ton selama 2015-2018 dan turun menjadi 54 juta ton pada 2019.

Sementara kedelai pada 2014 produksinya 954 ribu ton, lalu turun ke 538 ribu ton pada 2017. Pada 2019 produksi sempat naik menjadi 940 ribu atau tetap lebih rendah ketimbang lima tahun sebelumnya.

Tahun ini, Kementerian Pertanian telah mengalokasikan 9 juta ton pupuk bersubsidi. Selain pupuk padat, masih ada 1,5 juta liter pupuk organik cair guna memenuhi kebutuhan petani. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2020 yang sebesar 8,9 juta ton.

Sesuai Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 49 Tahun 2020, pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi petani yang telah bergabung dalam kelompok tani yang menyusun Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK).

Direktur Pupuk dan Pestisida, Kementerian Pertanian, Muhammad Hatta mengakui program pupuk subsidi belum bisa menjangkau semua petani. "Kalau dilihat dari pengajuan daerah, total kebutuhan pupuk di Indonesia mencapai 23 juta ton per tahun. Tentu tidak mungkin semua bisa dipenuhi dengan anggaran terbatas," ujarnya.

Dalam sistem eRDKK, penerima pupuk bersubsidi adalah petani sektor tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, dan peternakan dengan luas lahan maksimal 2 hektare.

Pada 2017, pupuk mendapat alokasi subsidi nonmigas terbesar di Indonesia. Simak Databoks berikut: 

Mungkinkah Subsidi Pupuk Dihapus?

Dosen Fakultas Pertanian IPB Harianto sepakat dengan Jokowi. Pemberian subsidi pupuk bukan satu-satunya cara untuk meningkatkan produktivitas petani.

"Jika tujuan kebijakannya untuk meningkatkan produktivitas, maka anggaran untuk perbaikan teknologi budidaya yang perlu ditingkatkan," ujar Harianto.

Namun, pengembangan teknologi pertanian merupakan investasi jangka panjang. Sementara subsidi pupuk telah berjalan puluhan tahun

Karena itu, ia tidak menyarankan pemerintah untuk seketika menghentikannya. Petani juga perlu masa adaptasi. "Menggeser subsidi pupuk juga perlu upaya jangka panjang (bertahap), sehingga petani juga mampu melakukan penyesuaian-penyesuaian," kata Harianto.

Halaman:
Reporter: Antara, Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement