Sulitnya Neraca Dagang RI Surplus saat Ekonomi Pulih & Hambatan Ekspor

Rizky Alika
30 Januari 2021, 08:43
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Kementerian Perdagangan menargetkan neraca perdagangan di 2021 akan mengalami surplus US$ 1 miliar, ekspor riil barang dan jasa tumbuh 4,2 persen, ekspor nonmigas tumbuh 6,3 persen d
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Kementerian Perdagangan menargetkan neraca perdagangan di 2021 akan mengalami surplus US$ 1 miliar, ekspor riil barang dan jasa tumbuh 4,2 persen, ekspor nonmigas tumbuh 6,3 persen dan rasio ekspor jasa terhadap ekspor jasa terhadap PDB tumbuh sebesar 2,8 persen.
  • Impor Indonesia didominasi oleh impor bahan baku dan barang modal.
  • Saat ekonomi pulih, industri akan kembali meningkatkan impor.
  • Ada belasan negara berupaya menghambat ekspor Indonesia.

Neraca dagang Indonesia pada 2020 mengalami surplus US$ 21,7 miliar. Tahun lalu, pandemi Covid-19 yang memperlambat laju industri menyebabkan impor bahan baku dan barang modal anjlok lebih dalam ketimbang ekspor. Bagaimana dengan proyeksi tahun ini?

Pada 2020, surplus neraca dagang terjadi karena penurunan impor sebanyak 17%, jauh lebih tinggi dari ekspor yang hanya turun 2,16%.

Advertisement

"Surplus kita tahun lalu bukan surplus yang enak, bukan surplus seperti tahun 2012. Bahkan, ini adalah kebalikannya, menunjukkan bahwa kita sedang lemah," kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.

Meski tak sebesar tahun lalu, pemerintah tentu masih berharap neraca dagang tahun ini masih mencatatkan surplus. Apalagi, perdagangan global tahun ini diperkirakan berangsur pulih. Sebab, program vaksinasi virus corona telah berjalan di sejumlah negara.

Kementerian Perdagangan pun memasang target ekspor nonmigas 2021 naik 6,3% dibandingkan realisasi 2020 sebesar US$ 155 miliar. Ini artinya, ekspor nonmigas tahun ini diperkirakan mencapai US$ 164,76 miliar.

Pertumbuhan impor akan terjadi seiring dengan pertumbuhan ekspor. Sebab, hampir 3/4 impor Indonesia digunakan untuk baha baku dan bahan penolong.

Oleh karena itu, Kemendag juga akan menjaga kinerja impor untuk memastikan produksi dalam negeri berjalan lancar. "Sebab kalau impor bahan baku dan bahan penolong turun, itu berarti industrialisasi dalam negeri turun," kata Lutfi.

Di sisi lain, pemerintah juga tetap berupaya untuk memperbaiki defisit neraca migas. Dalam jangka Panjang, penurunan impor migas diupayakan melalui reformasi produk otomotif menjadi kendaraan listrik.

Berikut adalah Databoks surplus neraca perdagangan Indonesia pada tahun lalu: 

Bagaimanapun, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet bersikap skeptis. Menurutnya, neraca dagang bisa berbalik defisit bila kegiatan ekspor impor tahun ini kembali normal.

Di Indonesia, peningkatan ekspor juga berarti kenaikan impor. Sebab, industri manufaktur dalam negeri masih bergantung pada impor bahan baku. "Ketika mereka meningkatkan produksi, mereka juga melakukan permintaan impor untuk bahan baku," kata Yusuf saat dihubungi Katadata.co.id, Jumat (29/1).

Faktor Vaksin

Vaksinasi menjadi faktor penting keberhasilan pemerintah meningkatkan target ekspor. Syaratnya, keberhasilan vaksin dalam mengakhiri pandemi Covid-19 itu bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di negara mitra dagang.

Selain itu, peningkatan ekspor terjadi seiring dengan penerapan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja. Dengan demikian, investasi akan meningkat sehingga terjadi industrialisasi yang kan memperbaiki struktur ekspor Indonesia.

Ekonom dan pengusaha pun optimistis target ekspor Kemendag pada tahun ini dapat tercapai. Yusuf mengatakan, ada sejumlah faktor pendukung pertumbuhan ekspor non migas.

Salah satunya, ekonomi mitra dagang utama ekspor Indonesia mulai tumbuh, seperti Tiongkok, India, Amerika Serikat, dan negara-negara Asean. Terlebih, Negeri Tirai Bambu itu telah mengalami pemulihan ekonomi setelah berhasil menanggulangi pandemi.

Dengan kondisi tersebut, permintaan ekspor non migas Indonesia akan ikut meningkat. Ia pun memperkirakan, permintaan batu bara dari Tiongkok akan melonjak.

Selain itu , faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor ialah penerapan perjanjian perdagangan internasional yang telah diselesaikan di tahun lalu. Namun, sosialisasi kepada pengusaha diperlukan agar perjanjian dagang dapat dimanfaatkan dengan baik.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement