Kisruh Berulang Impor Beras

Rizky Alika
20 Maret 2021, 07:05
Pekerja di Gudang Bulog Kanwil DKI dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (18/3/2021). Bulog masih memprioritaskan penyerapan lokal meski izin impor beras sudah turun.
ANTARA FOTO/ Reno Esnir/aww
Pekerja di Gudang Bulog Kanwil DKI dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (18/3/2021). Bulog masih memprioritaskan penyerapan lokal meski izin impor beras sudah turun.
  • Pemerintah merilis izin impor hingga 1 juta ton beras tahun ini.
  • Kebijakan itu menjadi polemik lantaran diumumkan mendekati panen raya.
  • Bulog harus memiliki stok beras yang cukup untuk intervensi pasar.

Sejak pertama kali disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto pada awal Maret lalu, kebijakan impor 1 juta ton beras terus menuai pro dan kontra. Pemerintah sendiri rupanya tak satu suara.

Hingga pada Jumat (19/3), Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi kembali menjelaskan posisinya bahwa impor diperlukan untuk menjaga stok beras Bulog. Pemerintah sama sekali tidak berniat untuk menghancurkan harga beras di tingkat petani.

"Saya akan berusaha adil. Jadi jangan salahkan Pak Menko (Perekonomian), Pak Menteri Pertanian, jangan salahkan Dirut Bulog. Salahkan saya," kata Lutfi dalam konferensi pers virtual dari kantornya di Jakarta.

Kelaziman yang berlaku selama ini, menurut Lutfi, iron stock Bulog harus berkisar 1 juta-1,5 juta ton. Dengan begitu, Bulog akan leluasa mengucurkan bantuan bagi masyarakat jika terjadi bencana, maupun melakukan intervensi dengan operasi pasar saat harga beras tinggi.

Antisipasi perlu dilakukan memasuki bulan Ramadan, apalagi di tengah pandemi yang belum berakhir. Rata-rata kebutuhan beras untuk operasi pasar sekitar 80 ribu ton per bulan atau hampir 1 juta ton setahun.

Sementara itu, stok beras Bulog saat ini hanya sebanyak 800 ribu ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 270 ribu ton beras merupakan beras bekas impor 2018 lalu yang telah mengalami penurunan mutu.

Dengan demikian, stok beras layak konsumsi di Gudang Bulog sekarang kurang dari 500 ribu ton. "Ini adalah salah satu kondisi stok terendah dalam sejarah Bulog. Bisa tahu bagaimana rasa hati saya ngilunya," kata Lutfi.

Menjelang Panen

Cadangan beras pemerintah bisa mencukupi apabila Bulog dapat menyerap gabah/beras petani dari hasil panen. Namun, penyerapan pada awal tahun ini belum maksimal lantaran tingginya curah hujan membuat gabah petani memiliki kadar air tinggi.

Tercatat, serapan gabah/beras Bulog baru sebanyak 85 ribu ton hingga pertengahan Maret. Berdasarkan perkiraan Lutfi, angka serapan Bulog semestinya sudah mendekati kisaran 400 ribu-500 ribu ton.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah atau Beras, disebutkan pembelian gabah kering panen dalam negeri dilakukan dengan kualitas kadar air paling tinggi 25% dan kadar hampa/kotoran paling tinggi 10%.

Dengan memperhitungkan puncak masa panen akan terjadi sekitar bulan April-Mei, Kementerian Perdagangan belum akan merealisasikan izin impor beras dalam waktu dekat. Namun, izin itu dapat digunakan sewaktu-waktu jika diperlukan.

"Hari ini tidak ada beras impor yang menghancurkan harga petani karena memang belum ada yang impor," kata Lutfi.

Berikut adalah Databoks terkait dengan stok beras di pasaran saat ini:  

Kementerian Perdagangan mencatat, harga beras masih cukup stabil dalam sepekan terakhir. Harga beras medium di Jakarta pada 5 Maret sebesar Rp 9.800 per kilogram, kemudian pada 9-17 Maret harganya stabil sebesar Rp 9.878 per kilogram.

Harga beras di wilayah sentra produksi juga terpantau stabil. Harga beras medium di Bandung pada 5 Maret sebesar Rp 11.643 per kilogram. Kemudian pada 10-17 Maret sebesar Rp 11.683 per kilogram. Artinya, tidak ada penurunan harga yang signifikan di tingkat petani akibat isu impor beras.

Lutfi pun memastikan, pemerintah akan melihat perkembangan penyerapan Bulog terlebih dahulu sebelum memutuskan impor. Menurutnya, pemerintah bisa membatalkan rencana impor beras jika memang penyerapan gabah/beras Bulog membaik.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...