Bola Panas Polemik Impor Beras yang Bergulir ke Jokowi

Rizky Alika
24 Maret 2021, 07:10
Petani memanen padi di Kelurahan Kaligangsa, Tegal, Jawa Tengah, Senin (22/3/2021). Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tegal dan Himpunan Pengusaha Nadliyin (HPN) Tegal menolak rencana impor beras.
ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/rwa.
Petani memanen padi di Kelurahan Kaligangsa, Tegal, Jawa Tengah, Senin (22/3/2021). Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tegal dan Himpunan Pengusaha Nadliyin (HPN) Tegal menolak rencana impor beras.
  • Pemerintah telah memiliki MoU untuk mengimpor beras dari Thailand.
  • Menteri Perdagangan siap mundur jika kebijakan impor beras dianggap salah.
  • Dewan Beras Nasional akan membahas masalah impor beras dengan Presiden Jokowi.

Permasalahan impor beras terus menuai pro-kontra. Perbedaan pendapat antara pejabat kementerian/lembaga turut menambah kusut kebijakan impor beras.

Belakangan, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, keputusan impor beras telah diputuskan pada tingkat rapat kabinet saat ia belum menjabat sebagai menteri. Sebagaimana diketahui, rapat kabinet digelar oleh Presiden Joko Widodo dengan melibatkan pejabat terkait.

Advertisement

Lutfi mengatakan, rapat tersebut setingkat lebih tinggi dari rapat koordinasi (rakor) yang digelar Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian. "Sudah ada notulen rapat di tingkat kabinet. Artinya lebih atas dari rakor Menko, yang putuskan bahwa Bulog untuk 2021 itu mesti punya cadangan iron stock, salah satunya pengadaaan 500 ribu bisa dari impor," kata Lutfi dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Jakarta, Senin (22/3).

Oleh karena itu, ia menghitung ketersediaan cadangan beras pemerintah yang berada di Bulog. Iron stock Bulog harus berkisar 1 juta-1,5 juta ton. Dengan begitu, Bulog akan leluasa mengucurkan bantuan bagi masyarakat jika terjadi bencana, maupun melakukan intervensi dengan operasi pasar saat harga beras tinggi.

Namun, stok beras Bulog saat ini hanya sebanyak 800 ribu ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 270 ribu ton beras merupakan beras bekas impor 2018 lalu yang telah mengalami penurunan mutu.

Dengan demikian, stok beras layak konsumsi di gudang Bulog sekarang hanya sekitar 500 ribu ton. Stok tersebut merupakan yang terendah dalam sejarah Bulog.

"Dengan stok 500 ribu ton, pemerintah bisa dipojokkan oleh pedagang dan spekulan. Kalau harga naik, saya juga yang salah," kata Lutfi.

Beras mendominasi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Simak Databoks berikut: 

Oleh karena itu, Lutfi berupaya menjalankan tanggung jawabnya, yaitu memastikan ketersediaan pasokan dan kestabilan harga. Ia pun memastikan, impor beras tidak akan dilakukan saat panen raya.

Sebagaimana diketahui, musim panen tengah berlangsung dan akan mencapai puncaknya pada bulan depan. Cadangan beras pemerintah bisa mencukupi apabila Bulog dapat menyerap gabah/beras petani dari hasil panen. Namun, saat ini penyerapan belum maksimal lantaran tingginya curah hujan membuat gabah petani memiliki kadar air tinggi.

Tercatat, serapan gabah/beras Bulog baru sebanyak 85 ribu ton hingga pertengahan Maret. Berdasarkan perkiraan Lutfi, angka serapan Bulog semestinya sudah mendekati kisaran 400 ribu-500 ribu ton.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah atau Beras, disebutkan pembelian gabah kering panen dalam negeri dilakukan dengan kualitas kadar air paling tinggi 25% dan kadar hampa/kotoran paling tinggi 10%.

Oleh karenanya, pemerintah mengantisipasi pasokan beras tersebut. Lutfi pun memastikan siap mengundurkan diri dari jabatannya bila kebijakan yang diambil keliru.

"Saya ambil keputusan yang tidak populer. Saya hadapi. Kalau saya memang salah, saya siap berhenti, tidak ada masalah. Tapi tugas saya memikirkan yang tidak dipikirkan Bapak/Ibu," katanya dengan nada tinggi.

Databoks berikut menjelaskan keberdaan stok beras Indonesia:

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement