Peluang Indonesia Dorong Industri Olahan Daging Sapi Lewat IA-CEPA

Cahya Puteri Abdi Rabbi
15 April 2021, 11:12
Presiden Joko Widodo (kiri) bersalaman dengan Perdana Menteri Australia Scott Morrison saat melakukan pertemuan bilateral di gedung parlemen Australia, Canberra, Australia, Senin (10/2/2020). Kedua negara menyepakati ratifikasi perjanjian Indonesia-Austra
ANTARA FOTO/AAP Image/Lukas Coch via REUTERS
Presiden Joko Widodo (kiri) bersalaman dengan Perdana Menteri Australia Scott Morrison saat melakukan pertemuan bilateral di gedung parlemen Australia, Canberra, Australia, Senin (10/2/2020). Kedua negara menyepakati ratifikasi perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

Indonesia memiliki peluang untuk masuk ke dalam rantai nilai pangan melalui Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Ratifikasi IA CEPA diharapkan mampu memperkuat keberadaan Indonesia di dalam food value chain dunia, terutama untuk olahan daging sapi.

Berdasarkan penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), industri pengolahan makanan dan minuman merupakan kontributor ekspor Indonesia terbesar kedua setelah pertambangan. Selain itu, industri pengolahan makanan menyumbang sekitar 30-40% dari total hasil produksi dan mempekerjakan sekitar 20% dari total pekerja manufaktur.

Advertisement

Bagaimanapun, Indonesia dan Australia saat ini merupakan pemain kecil di industri pengolahan makanan dan minuman tingkat global dengan pangsa ekspor dan impor global masing-masing di bawah 2%.

Namun, kedua negara menyimpan potensi besar karena Indonesia merupakan salah satu importir daging sapi terbesar Australia dan Australia mengimpor tepung gandum dalam jumlah besar ke Indonesia.

“Potensi ini dapat dimaksimalkan untuk sama-sama mengangkat posisi keduanya dalam Food Value Chain,” kata Associate Researcher CIPS / Ekonom Australian National University (ANU) Arianto Patunru, Rabu (14/4).

Di Indonesia, output dari sektor industri makanan didominasi oleh perusahaan besar seperti Indofood, Wings, Mayora, GarudaFood, Nestle, Heinz, Kraft, Unilever, dan Danone. Hal ini menunjukkan bahwa sektor makanan dan minuman adalah sektor yang kompleks dengan banyak pemain, mulai dari usaha mikro hingga besar.

Potensi Daging Sapi

Indonesia hanya bisa memproduksi 50% dari kebutuhan daging sapi nasional. Untuk mengisi kekosongan tersebut, Indonesia mengimpor lebih dari 50% ekspor sapi hidup Australia. Hal ini, menurut Arianto, diharapkan dapat mendorong investor Indonesia untuk berinvestasi di peternakan sapi di Australia.

Simak Databoks berikut: 

Potensi lain dapat dilihat dari kandungan produk asing dalam produk olahan makanan dan minuman Indonesia dan Australia, yaitu hanya sebesar 4% dan 12%. Jumlah ini terbilang kecil kalau dibandingkan dengan Malaysia 24% dan Taiwan 35%. “Semua ini menunjukkan adanya potensi yang belum dimaksimalkan oleh kedua negara,” ujarnya.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement