Di Balik Hologram Kampanye Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa kali menggunakan hologram untuk menggantikan kehadiran fisiknya di suatu acara. Kamis (28/3) kemarin, hologram Jokowi kembali tampil dalam ‘Smart Citizen Day 2019’ di Grand Opus Ballroom, Jakarta Selatan.
Di sana, hologram Jokowi ‘hadir’ di hadapan sekitar 1.200 milenial Ibu Kota. Sementara, sebagai calon presiden petahana, sosok Jokowi yang asli tengah berkampanye di Kalimantan.
Selama 20 menit, sosok ‘Jokowi’ menyampaikan banyak hal yang telah dilakukan pemerintahannya. “Saya itu selalu tidak tega, kalau melihat atau mendengar rakyat memerlukan bantuan, tapi tidak segera dibantu,” ujarnya.
‘Jokowi’ kemudian menjelaskan jurus kartu saktinya; Kartu Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat. “Lewat kartu-kartu itu, hak-hak mereka langsung ditransfer, tidak pakai antre-antre lagi, tidak kepanasan, tidak kehujanan, tidak kecapekan,” katanya.
Megawati Chandra, mahasiswi Universitas Pelita Harapan mengaku takjub dengan penampilan hologram Jokowi. “Sekarang kan zamannya sudah beda, teknologi berkembang pesat. Jadi senang sekali melihat pemerintah meng-update diri dalam melakukan pola komunikasi kepada masyarakat dengan cara-cara seperti ini,” katanya.
Setelah digunakan pertama kali dalam kampanye di Lebak, Banten, pada Senin (25/3) lalu, telah beberapa kali hologram Jokowi ‘menyapa’ masyarakat dalam kesempatan lain. Ternyata, ada andil Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di sana.
(Baca juga: Qlue Ajak Pemuda dari 34 Provinsi Jadi Agen Smart City)
Kominfo menghadirkan “Jokowi” dalam bentuk hologram untuk menjelaskan berbagai capaian program pembangunan selama lima tahun ini. Selama ini, diseminasi dilakukan melalui jalur media konvensional dan digital serta pertunjukan-pertunjukan rakyat.
“Sesuai dengan Inpres No 9 tahun 2015, Kominfo memang bertanggung jawab untuk merancang sampai dengan mendiseminasikan program-program pembangunan. Salurannya bisa bermacam-macam. Salah satunya adalah hologram ini,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara yang juga menghadiri acara tersebut, dikutip dalam siaran pers, Jumat (29/3).
Bukan Hal Baru
Hologram sejatinya bukan teknologi baru. Dilansir Livescience, adalah Yuri Denisyuk, di Uni Soviet, dan Emmett Leith dan Juris Upatnieks di University of Michigan yang menjadi pelopor pengembangan laser untuk merekam objek tiga dimensi pada 1962.
Jokowi juga bukan politisi pertama yang menggunakan hologram sebagai sarana kampanye. Seperti dilansir The Verge, teknik serupa pernah digunakan oleh Capres Perancis Jean-Luc Melenchon selama masa kampanye dalam pemilu Prancis 2017 lalu.
Sebelumnya, Perdana Menteri India Narendra Modi juga pernah menggunakan efek hologram pada 2012 dan 2014. Sementara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pernah menggunakan hologram ketika masih menjabat sebagai Perdana Menteri pada 2014 lalu.
Direncanakan sejak Desember 2018, ‘Smart Citizen Day’ merupakan sebuah acara sehari yang dibuka Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Dalam acara ini juga berlangsung deklarasi smart citizen oleh perwakilan 34 Provinsi di Indonesia.
(Baca juga: Menko Darmin: 143 Juta Penduduk Indonesia Bisa Akses Internet)
Co-Founder dan Chief Technology Officer Qlue Andre Hutagalung sebagai salah satu penggagas acara ini menekankan pentingnya platform berbasis Artificial Intelligence, Internet of Things (IoT) serta integrasi data untuk meningkatkan produktivitas kerja dan efisiensi dalam menangani permasalahan kota.
“Kami menghadirkan Smart Citizen Day untuk memperkenalkan berbagai Solusi Qlue kepada publik serta sebagai puncak perayaan smart citizen di Indonesia,” kata Andre.