Popularitas Bitcoin di Indonesia Kalahkan Malaysia hingga Prancis
Perusahaan penyedia platform pertukaran mata uang digital, Luno Indonesia, menyatakan, 63% orang di Indonesia sudah mengenal bitcoin. Popularitas cryptocurrency di Indonesia bahkan mengalahkan Malaysia, Prancis, Italia, dan Romania.
Survei Luno dilakukan bersama lembaga riset TNS kepada 1.000 responden yang mayoritas tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera. "Hasil riset ini membuktikan, cryptocurrency memiliki potensi yang besar untuk diadopsi di Indonesia," kata Country Manager Luno Indonesia Kanta Nandana di Jakarta, Selasa (16/10).
Kanta menyebut, ada beberapa faktor yang mendongkrak popularitas mata uang digital di Indonesia. Yang pertama adalah berbagai laporan mengenai fluktuasi harga bitcoin dan mata uang digital lain.
Selain itu, masalah legalitas cryptocurrency di Tanah Air juga mendapat sorotan dari media. "Perbincangan membuat bitcoin menjadi makin populer," katanya.
Terkahir, teknologi blockchain yang dipakai dalam transaksi cryptocurrency juga menarik rasa penasaran. Beberapa perusahaan di Indonesia, menurut Kanta, sudah membentuk unit khusus untuk mempelajari soal teknologi blockchain. Dengan makin banyak kemungkinan untuk diadopsi, maka makin populer juga mata uang digital ini.
(Baca juga: Pencurian Bitcoin dari Sistem Blockchain Diklaim Butuh Rp 70 Triliun)
Dalam survei Luno terungkap, dari 63% masyarakat Indonesia yang mengenal cryptocurrency, sebanyak 40%-nya sudah memiliki akun untuk bertransaksi. Meski begitu, 50% responden yang belum meiliki akun, menyatakan ketertarikan untuk memiliki akun.
Masyarakat yang sudah memiliki akun jual beli pun mayoritas masih percaya untuk melakukan investasi pada mata uang digital jenis Bitcoin. Angka kepemilikan Bitcoin mencapai 83% dari responden yang sudah memiliki akun jual-beli cryptocurrency.
Selain itu, dari total responden pemilik akun, 84%-nya mengaku kepemilikan mata uang ini memang ditujukan untuk berinvestasi. Di samping melakukan investasi, 38% dari seponden pemilik akun, juga digunakan untuk melakukan pembayaran belanja online.
"Cryptocurrency memang tidak bisa digunakan sebagai alat pembayaran di Indonesia. Pembayaran yang dilakukan masyarakat untuk transkasi belanja secara online yang berbasis di luar negeri," kata Kanta.
Meski sudah populer di Indonesia, namun ada beberpa faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat untuk membeli cryptocurrency. Berdasarkan survei, 42% dari responden menjawab, kestabilan harga mata uang digital menjadi faktor utama mereka berpikir dua kali untuk berinvestasi di instrumen ini.
(Baca juga: Bursa Bitcoin Jepang Diretas, Kerugian Capai Rp 7,12 Triliun)
Lalu, sebanyak 38% dari responden masih khawatir dengan keamanan saat bertransaksi mata uang digital. Kekhawatiran tersebut meliputi risiko uangnya hilang dan peretasan akun. Masalah kepastian hukum dan opini negatif dari public figure juga membuat masyarakat masih ragu membeli mata uang digital.