Data Aman, Mitra GoFood Diminta Waspadai Modus Rekayasa Sosial
Layanan pesan antar makanan mengalami lonjakan di tengah pandemi corona. Masyarakat pun diminta mewaspadai modus kejahatan rekayasa sosial (social engineering) atau dengan cara manipulasi psikologis. Pelaku kejahatan ini bisa menyasar pengguna maupun mitra usaha.
”Rekayasa sosial atau sering disebut social engineering itu sebenarnya merupakan teknik penipuan yang dilakukan untuk membujuk konsumen supaya menginformasikan data pribadi mereka yang kemudian dipakai penipu, termasuk membuat KTP palsu,” kata Deputy Head Master of Information Technology, Swiss German University, Charles Lim dalam siaran pers, Sabtu (16/6).
Lim melanjutkan, pelaku penipuan kemudian bisa menggunakan data yang diperolehnya itu untuk berbagai penipuan transaksi online. ”Salah satu contoh korban yang ditipu dengan modus oleh yang mengaku sebagai mitra GoJek yang berhasil menelepon korban dan mengarahkan korban untuk transfer ke rekening virtual account penipu tersebut,” katanya.
Dalam kasus seperti ini, menurutnya, tidak ada peretasan sistem yang terjadi pada kasus penipuan yang terjadi belakangan ini. Sehingga data mitra dan pelanggan Gojek, terutama GoFood, tetap aman.
Dengan begitu, bagi semua pengguna aplikasi GoJek dan aplikasi apapun, Lim menegaskan, wajib mengamankan data pribadi dengan tidak memberikan informasi pribadi kepada siapapun. Termasuk pin, email, dan informasi pribadi lainnya terkait dengan pembayaran melalui aplikasi.
(Baca: Rudiantara Beberkan Peluang Startup Meraih Modal di Tengah Pandemi)
Edukasi kepada pengguna aplikasi, menurutnya, memang selalu perlu dilakukan secara berulang atau berkala. Mengingatkan pengguna aplikasi termasuk kepada yang baru menggunakan.
Di luar dari itu, Lim mengatakan para pelaku kejahatan memang selalu berupaya melakukan peretasan sistem. Mereka berusaha mencari kelemahan atau kerentanan sistem.
”Untuk itu GoJek, setahu saya, selalu melakukan audit secara berkala terhadap sistem baik dari ekternal maupun secara internal untuk memastikan teknik peretasan terbaru tidak berhasil tembus sistem yang sudah dilindungi,” ujarnya.
Peningkatan sistem dan kesadaran pengguna terhadap keamanan, disebut Lim, selalu seperti dua sisi mata uang. Keduanya dijalankan secara bersama-sama. ”Keamanan sistem dibangun bersama akan menghasilkan pertahanan yang akan jauh lebih kuat,” tuturnya.
VP Corporate Affairs Food Ecosystem Gojek, Rosel Lavina, mengatakan Gojek fokus pada tiga hal yaitu edukasi, teknologi, dan proteksi. Dari sisi teknologi, Gojek memiliki teknologi Gojek SHIELD yang dioperasikan oleh tim keamanan digital yang terdiri dari data scientist, engineers dan juga pakar cyber security.
Teknologi tersebut didesain untuk menjaga seluruh pihak dari ancaman keamanan melalui fitur penyamaran nomor telepon, tombol darurat, intervensi chat, dan juga fitur keamanan yang terdapat pada layanan GoBiz untuk melindungi data serta transaksi mitra merchant GoFood.
(Baca: Cara Bayar Zakat Online Pakai GoPay yang Aman di Masa Pandemi)
"Gojek SHIELD juga diaplikasikan untuk menunjang fitur keamanan pada aplikasi GoBiz, berfungsi untuk mengamankan transaksi para mitra usaha Gojek,” ujarnya.
Dalam super app khusus untuk mitra merchant GoFood, para mitra merchant terlindungi lewat keberadaan fitur keamanan seperti verifikasi PIN; validasi terhadap driver pengambil pesanan; pengaturan peran pengguna untuk akses pemilik, manajer, dan kasir; dan fitur konfirmasi bagi pemilik untuk verifikasi kepemilikan data outlet.
Di luar dukungan teknologi Gojek SHIELD, untuk mencegah berbagai upaya penipuan secara berkala, Gojek juga menjalankan pilar edukasi. Yakni dengan memberikan informasi terkait keamanan digital kepada para pelanggan dan mitra melalui konsep JAGA yakni: Jangan bayar di luar aplikasi, Amankan data pribadi, Gunakan PIN, dan Adukan hal mencurigakan melalui email resmi dan bantuan di aplikasi Gojek.