Cara Tiongkok Hadapi Pandemi dengan Adaptasi Teknologi

Cindy Mutia Annur
19 November 2020, 10:05
Ilustrasi, aplikasi Mitra Tokopedia
tokopedia
Ilustrasi, aplikasi Mitra Tokopedia

Pandemi Covid-19 menjadi pukulan berat bagi perekonomian global sepanjang tahun ini. Bagaimanapun, Tiongkok banyak disorot kemampuannya untuk memulihkan ekonomi dengan cepat.

Virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan pada akhir 2019 lalu. Pemerintah Tiongkok kemudian memberlakukan lockdown di Provinsi Hubei untuk membendung penularan.

Advertisement

Langkah itu terbukti ampuh membuat Tiongkok pulih dari pandemi. Kini, saat beberapa negara seperti Amerika Serikat, India hingga Indonesia masih berjuang melandaikan kurva penularan, jumlah kasus Covid-19 di Tiongkok sudah relatif terkendali. Dari sisi ekonomi, Tiongkok juga tidak sempat mengalami resesi karena produk domestik brutonya hanya negatif selama satu kuartal.

Yang jadi pertanyaan, bagaimana masyarakat Tiongkok, khususnya di Hubei dan Wuhan bertahan dalam isolasi ketat yang diterapkan oleh pemerintah? Jawabannya adalah dengan adopsi teknologi, termasuk dalam bertransaksi.

Hal itu diungkapkan oleh CEO & Co-Founder Tokopedia William Tanuwijaya. Menurutnya, Tiongkok belajar banyak dari pandemi SARS yang melanda mereka pada 2003 lalu. Mereka sadar bahwa pandemi bisa kembali terjadi dan mereka harus bersiap.

"Adopsi transformasi teknologi dilakukan (Tiongkok) begitu cepat. Sehingga ketika 17 tahun kemudian pandemi kembali terjadi, mereka bisa dibilang sebagai negara yang paling tangguh menghadapi krisis kesehatan maupun ekonomi," kata William dalam acara Jakarta Food Security Summit atau JFSS 2020, Rabu (18/11).

Ia mengatakan bahwa sebelum pandemi Covid-19 terjadi, 1 dari 3 transaksi  di Tiongkok sudah dilakukan secara digital. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat (AS) hanya 1 dari 7 transaksi keuangan dilakukan digital. Sedangkan, di Indonesia baru 1 dari 30 transaksi digital yang terjadi. 

Kebiasaan masyarakat Tiongkok untuk bertransaksi secara online itulah yang membantu mereka bertahan saat pandemi. Kegiatan belanja dan pembayaran berbagai tagihan sudah jamak dilakukan tanpa harus keluar rumah.

Menurut William, rendahnya minat transaksi digital di Indonesia maka dapat menghilangkan kesempatan untuk mendorong perekonomian, terlebih di situasi pandemi saat ini. "Nah, inilah yang kami lihat dalam beberapa bulan terakhir, bagaimana sebuah masalah ternyata bisa menjadi kesempatan," ujar dia. 

Adaptasi Indonesia

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Meski belum setingkat Tiongkok, William menilai proses adaptasi sebenarnya telah terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Ia melihat semakin banyak orang bertransaksi digital dalam kehiidupan sehari-hari.

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Video Pilihan
Loading...
Advertisement

Artikel Terkait