BCA, Artos dan Fenomena Bank Digital di Indonesia

Pingit Aria
28 Mei 2020, 13:05
Pengunjung mencoba produk perbankan digital yang ada di BCA Expoversary 2020 di Indonesia Convention Exebation, Tangerang, Banten, Jumat (21/2/2020). BCA Expoversary tahun ini melibatkan kurang lebih tujuh belas merek mobil, tujuh belas merek motor, enam
ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Pengunjung mencoba produk perbankan digital yang ada di BCA Expoversary 2020 di Indonesia Convention Exebation, Tangerang, Banten, Jumat (21/2/2020). BCA Expoversary tahun ini melibatkan kurang lebih tujuh belas merek mobil, tujuh belas merek motor, enam belas developer terkemuka, ratusan tenant ritel, puluhan tenant food & beverages, dan masih banyak lagi.

Dunia perbankan terus mengadaptasi perkembangan bisnis digital. Setelah fitur e-banking menjadi kewajaran, kini beberapa bank berencana mentransformasi keseluruhan bisnisnya menjadi bank digital.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) misalnya, bakal mengubah nama Bank Royal Indonesia menjadi Bank Digital BCA. Bank milik Grup Djarum itu sebelumnya telah mengakuisisi Bank Royal pada November 2019. Pergantian nama Bank Royal menjadi Bank Digital BCA rencananya bakal dilakukan pada semester II 2020. 

Advertisement

Direktur Keuagan BCA Vera Eve Lim menyatakan, perusahaan akan melakukan soft launching, sebelum memperkenalkan produk pertama Bank Digital BCA kepada masyarakat. “Soft opening akan diadakan secara internal dulu untuk aplikasi yang kita siapkan saat ini,” kata Vera dalam konferensi pers virtual, Rabu (27/5).

(Baca: BCA Restrukturisasi Kredit 72 Ribu Debitur Senilai Rp 82,6 Triliun)

Dia menyebut, setelah diakuisisi oleh Bank BCA, Bank Royal Indonesia akan memiliki modal inti sebesar Rp 1,3 triliun. Namun modal itu masih lebih rendah dari yang disyaratkan Otoritas Jasa Keungan (OJK) bahwa modal inti minimum bank senilai Rp 3 triliun.

Regulasi ini diatur melalui Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum. Pemenuhan modal inti tersebut harus dicapai bank paling lambat 31 Desember 2022.

Bagaimanapun, menurut Hera, sebagai bagian dari bank umum kelompok usaha (BUKU) IV, anak usaha BCA dimungkinkan untuk tidak memenuhi modal inti sebesar Rp 3 triliun. Sebab, anak usaha akan memiliki menajemen risiko yang lebih terintegrasi yang dapat dilihat langsung ke induk perusahaan.

"Kami Bank BUKU IV dan tidak harus memenuhi persyaratan  modal inti Rp 3 Triliun. Untuk sementara kami lihat suntikan modalnya ke Bank Royal cukup,” ujar Hera.

Sebelumnya, BCA menggelontorkan dana hampir Rp 1 triliun untuk mengambil alih seluruh saham Bank Royal dari keluarga Soemedi yang memiliki usaha baja di PT Master Steel Mfg dan PT Pulogadung Steel.

(Baca: Pandemi Corona, BCA Turunkan Batas Maksimal Tarik Tunai Kartu Kredit)

Keluarga Soemedi memiliki saham Bank Royal melalui PT Royalindo Investa Wijaya sebesar 82,70%, kemudian Leslie Soemedi menguasai 5,71% saham, serta Ibrahim Sumedi, Herman Soemedi, dan Ko Sugiarto masing-masing menguasai 2,94% saham, dan Nevin Soemedi menguasai 2,77% saham. Setelah akta akuisisi diteken, BCA menguasai 99,99% saham Bank Royal, sedangkan 0,01% dimiliki oleh PT BCA Finance.

Bank Artos

Sebelum mengumumkan akuisisi Bank Royal, BCA juga sempat diisukan akan membeli Bank Artos. Namun, Bank Artos mendapat investor lain, yakni Jerry Ng dan Patrick Walujo untuk mewujudkan transformasi menjadi bank digital.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin, Muchammad Egi Fadliansyah
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement