Vaksin Saja Tidak Akan Mengakhiri Pandemi Covid-19

Pingit Aria
26 Maret 2021, 08:25
Jim Yong Kim, PhD
Katadata/Joshua Siringo ringo
Pakar Kesehatan, Presiden Bank Dunia 2012-2019

Telah lebih dari setahun pandemi Covid-19 melanda dunia. Sementara vaksinasi berjalan, sebagian negara berangsur pulih, sebagian lainnya masih masih berjuang.

Pakar kesehatan yang juga mantan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim PhD menyatakan bahwa negara-negara di dunia harus lebih banyak berinvestasi dalam pengembangan sistem kesehatan masyarakat. Testing, tracing dan treatment masih menjadi kunci penanganan pandemi.

Advertisement

Sebab, vaksin saja tidak akan cukup untuk mengakhiri pandemi. “kita tidak bisa hanya dengan melakukan vaksinasi lalu berharap virus itu pergi,” katanya dalam wawancara yang merupakan bagian dari DBS Asian Insight dan IDE Katadata 2021, Senin (22/3).

Berikut adalah petikan wawancara Jim Yong Kim yang dipandu oleh panel ahli Katadata Insight Center Gundy Cahyadi:

Pertanyaan pertama saya, pada tahap mana perjuangan kita dalam penanganan pandemi Covid-19 saat ini?

Sayangnya, menurut saya sampai sekarang belum jelas di mana posisi kita. Memang ada beberapa kabar baik seperti pengembangan vaksin. Ini luar biasa karena hanya memerlukan waktu sekitar satu tahun.

Kabar buruknya adalah, selain beberapa negara seperti Australia dan sebagian Asia, banyak negara lain yang tidak cukup efektif dalam merespons ancaman pandemi sehingga kasus penularan Covid-19 masih naik turun.

Puncak kasus harian Covid-19 di Indonesia terjadi pada Januari 2021 kemudian cenderung menurun, tetapi masa depan masih belum bisa diprediksi.

Sementara beberapa negara lain yang sempat menikmati kebebasan, mengadakan acara-acara besar, justru harus kembali melakukan lockdown karena angka penularan dan kematian yang tinggi.

Ini adalah virus yang sangat serius. Beberapa negara yang menanganinya dengan serius sejak awal seperti Tiongkok, Korea Selatan, Selandia Baru dan Australia kini telah mulai kembali normal. Sementara itu, vaksin yang dikembangkan pun terbukti cukup efektif jika digunakan secara strategis.

Berbeda dengan banyak negara lain, Tiongkok bahkan tidak sempat mengalami resesi akibat pandemi Covid-19. Simak Databoks berikut: 

Bagaimanapun, kita tidak bisa hanya dengan melakukan vaksinasi lalu berharap virus itu pergi. Yang harus dilakukan adalah kombinasi upaya vaksinasi dan membangun sistem kesehatan masyarakat yang baik.

Anda pernah menangani berbagai wabah, dari HIV/AIDS, Ebola hingga Cholera. Dengan pengalaman tersebut, pesan apa yang dapat Anda sampaikan dalam penanganan pandemi Covid-19 kali ini?

Dalam menangani berbagai pandemi sebenarnya ada beberpa protokol standar. Pertama, lakukan tes. Anda harus tahu siapa yang positif Covid-19 atau tidak. Kedua, saat Anda mengetahui seseorang positif Covid-19, lakukan pelacakan kontak. Ini dilakukan bahkan sejak wabah cacar.

India berhasil menurunkan penularan virus corona dengan melakukan pelacakan kontak secara agresif. Ketiga, setelah mengetahui siapa saja yang positif lakukan isolasi. Begitu pula karantina perlu diberlakukan untuk kontak dekat mereka.

Elemen lain adalah perawatan bagi mereka yang positif Covid-19 dan bergejala. Dalam hal ini, berbeda dengan masa awal pandemi, sudah ada beberapa jenis obat yang terbukti efektif.

Semua hal ini, tes, pelacakan kontak, isolasi, karantina hingga perawatan dapat secara efektif mengakhiri pandemi. Ini pernah sudah sudah terbukti dalam penanganan pandemi Ebola. Saat ini vaksin Ebola juga sudah ada dan digunakan beberapa tahun terakhir.

Masalahnya, Covid-19 terjadi begitu cepat. SARS memiliki karakteristik yang berbeda. Penularan SARS tidak secepat Covid-19. Orang tidak akan menularkan SARS sampai mereka menunjukkan gejala. Dengan begitu, identifikasi, tes hingga karantina bisa dilakukan dengan lebih mudah.

Sedangkan, orang yang terinfeksi Covid-19 bisa menularkan virus corona. Empat sampai lima hari sebelum orang itu menunjukkan gejala, mereka sudah bisa menularkan penyakitnya.

AS yang seharusnya memiliki sistem kesehatan yang maju terlambat mengani virus ini dan kini tinggal menunggu tercapainya kekebalan kelompok, apakah itu melalui vaksinasi atau dengan banyaknya warga yang terinveksi.

Masalahnya, seorang kawan saya yang pernah menangani wabah cacar menyatakan bahwa menurut laporan dari timnya, pada saat kelompok-kelompok kecil mencapai tingkat vaksinasi hingga 70-80%, kekebalan komunitas itu tidak terjadi, virusnya belum juga pergi.

Jadi kita harus melakukan vaksinasi, tapi sistem Kesehatan masyarakat juga harus diperhatikan.

Saat ini terjadi kesenjangan dalam pengadaan vaksin oleh negara maju dan negara berkembang. Secara umum, apakah pandemi ini membuat kesenjangan ekonomi semakin tinggi? Apa yang menurut Anda bisa dilakukan terkait hal ini?

Itu sudah pasti. Ada banyak orang jatuh ke jurang kemiskinan akibat pandemi. Bahkan saya dengar bahwa lebih dari 100 juta orang mengalami kemiskinan ekstrem. Kesenjangan menjadi lebih parah.

Tetapi negara-negara yang menjadi bagian dari rantai pasok Tiongkok pada umumnya lebih sedikit terdampak. Sebab, ekonomi Tiongkok telah pulih. Mereka menangani pandemi dengan benar. Mereka membendung pandemi di Wuhan dan kini nyaris tidak ada penularan di Tiongkok.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi

The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:

Reimagining Indonesia’s Future

Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement