Kronologi Ketegangan AS – Iran hingga Memicu Isu Perang Dunia Ketiga

Pingit Aria
7 Januari 2020, 16:54
Pelayat menghadiri upacara pemakaman Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, kepala Pasukan elit Quds dari Garda Revolusioner. dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al Muhandis, yang tewas dalam serangan udara di bandara Baghdad, di Kuil Suci Imam Ali di Najaf
ANTARA FOTO/REUTERS/Alaa al-Marjani
Pelayat menghadiri upacara pemakaman Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, kepala Pasukan elit Quds dari Garda Revolusioner. dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al Muhandis, yang tewas dalam serangan udara di bandara Baghdad, di Kuil Suci Imam Ali di Najaf, Irak, Sabtu (4/1/2020).

Baru sepekan memasuki dekade baru, jagat maya diramaikan oleh diskusi soal potensi terjadinya perang dunia ketiga. Topik ini ramai dibahas di media sosial, hingga masuk daftar teratas pencarian Google.

Panasnya hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran meningkat secara dramatis pada hari Jumat (3/1), setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan pembunuhan komandan militer Iran Qassem Soleimani.

Trump menyatakan langkah ini diambil sebagai upaya menghentikan perang, bukan memulainya. Namun, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersumpah akan membalas pembunuhan Soleimani.

Berikut ini beberapa peristiwa penting yang mengarah pada situasi saat ini seperti yang dikutip dari Aljazeera:

AS menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran

Dalam kampanyenya, Trump pernah berjanji untuk menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran. Ia berniat untuk menepati janji itu. "Jika kesepakatan itu tidak dapat diperbaiki, AS tidak akan lagi terlibat di dalamnya," kata Trump pada 8 Mei 2018. Ia menambahkan, "Kesepakatan Iran pada intinya cacat."

Kesepakatan yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) itu dengan ketat membatasi program nuklir Iran. Sebagai imbalannya, AS, Prancis, Jerman, Inggris, Rusia dan Tiongkok akan mengakhiri sanksi ekonominya.

(Baca: Hubungan AS-Iran Memanas, Investor Mulai Meninggalkan Saham)

Administrasi Trump kemudian mengajukan klausul baru. Pada 21 Mei 2018, AS menuntut Iran membuat perubahan besar, mulai menghentikan program nuklirnya hingga menarik diri dari perang Suriah. Ke-12 tuntutan yang digariskan oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, ditolak oleh Teheran.

Sanksi putaran pertama

Penolakan Iran membuat AS melarang perdagangan sejumlah komoditas, dari karpet, pistachio, emas, hingga komponen penerbangan mulai 7 Agustus 2018. Selanjutnya, sanksi putaran kedua dimulai pada 5 November 2018 dengan menarget sektor minyak dan perbankan.

Sabotase kapal tanker

Pada 12 Mei 2019, Uni Emirat Arab mengatakan empat kapal tanker disabotase di lepas pantai Fujairah, salah satu pusat bunkering terbesar di dunia. Kapal-kapal yang rusak diidentifikasi sebagai kapal tanker Saudi Al-Marzoqah dan Amjad, kapal tanker Norwegia Andrea Victory, dan sebuah tongkang bunker UEA, A Michel.

Fujairah adalah satu-satunya terminal Emirat yang terletak di Laut Arab, melewati Selat Hormuz yang dilewati Kapal pengangkut sebagian besar ekspor minyak Teluk.

Dua hari berselang, kelompok pemberontak Houthi Yaman, menyerang pipa minyak utama Arab Saudi. AS dan Arab Saudi menuduh Iran mempersenjatai Houthi, tetapi Teheran membantah klaim itu.

(Baca: Foto: Ancaman Perang Besar di Timur Tengah, Amerika vs Iran)

Mediasi Jepang

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menawarkan mediasi dengan Iran saat bertemu Trump pada 27 Mei 2019. Kemudian, pada 12 Juni, Abe tiba di Teheran dan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Mediasi itu gagal. Pada Abe,  Khamenei menyatakan, "Saya tidak menganggap Trump sebagai orang yang pantas untuk bertukar pesan. Saya tidak punya jawaban untuknya dan tidak akan menjawabnya."

Sehari kemudian, saat Abe masih di Iran, sebuah kapal tanker Jepang dan satu kapal Norwegia diserang di Teluk Oman.

AS menurunkan lebih banyak pasukan

Pada 17 Juni 2019, Pentagon mengirim 1.000 tentara tambahan ke Timur Tengah. Kemudian, situasi semakin memanas saat drone militer AS ditembak jatus pada 20 Juni 2019.

Kedua negara mengkonfirmasi insiden tersebut, dengan perbedaan pernyataan soal lokasi pesawat. AS mengatakan, pesawat tanpa awaknya terbang di atas perairan internasional, sementara Iran mengatakan pesawat itu terbang di wilayah udara Iran.

AS kemudian mengirim pesawat tempur F-22 Raptor sebagai armada tambahan pada 29 Juni.

Iran melebihi batas kepemilikan uranium

Pada tanggal 1 Juli, PBB menyatakan Iran melampaui batas jumlah kepimilikan uranium sebesar 300 kilogram yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...