Indonesia Fashion Week 2019 dan Semarak Fesyen Muslim Jelang Ramadan
Indonesia Fashion Week (IFW) 2019 yang berlangsung dari 27 hingga 31 Maret diwarnai oleh ragam pagelaran busana muslim. Para perancang mengharapkan lonjakan penjualan menjelang Ramadan dan Lebaran.
Presiden IFW Poppy Dharsono menyatakan, busana muslim terus menjadi tren. Dengan penduduk yang mayoritas muslim, "Indonesia pasar busana muslim yang besar," kata Poppy di Jakarta, Jumat (29/3).
Pada hari pertama, 12 desainer memamerkan karya dalam pertunjukan bertema Modest in Style. Kemudian, ada dua pagelaran busana yang menampilkan busana muslim: Beautiful Syar'i dengan 12 desainer dan Modest Glam juga oleh 12 desainer pada hari berikutnya.
Pada hari ketiga, Modest Contemporer menampilkan karya desainer ternama Itang Yunasz yang memamerkan dua brand Allea dan Kamilaa. Selain itu, ada nama baru seperti Kaenina by Rokhmi Fitria, koleksi Charming Anjat Borneo, serta L-Two by Linda, dan De Chantique by Nining Santoso.
Para desainer mengakui tren busana muslim semakin meningkat setiap tahun. Nining Santoso mengungkapkan, jumlah pelanggannya semakin banyak seiring naikknya popularitas De Chantique. "Kami mengikuti perkembangan zaman, sehingga pasar baru dapat terus meningkat," ujar Nining.
(Baca: Fesyen Hasilkan 20% Limbah Produksi, IFW 2019 Promosikan Keberlanjutan)
Dia menjelaskan, produk The Chantique dibuat dengan tangan yang memadukan teknik aplikasi brokat, payet, dan tulle pada kebaya muslim. Ia banyak membuat model pakaian pesta: kebaya panjang yang simpel tapi elegan.
Jelang Ramadan, Nining mengaku penjualan naik hingga 70% dibanding bulan-bulan biasanya. Padahal, harga produk The Chantique berada pada kisaran Rp 5 - 15 juta. "Biasanya untuk pasangan, keluarga atau reseller sudah pesan jauh-jauh hari sebelum Lebaran," katanya lagi.
Begitu pun Rokhmi Fitria yang menyatakan perkembangan modest fashion di Indonesia sangat pesat. Menurutnya, banyak juga desainer yang berkompetisi membuat pakaian hijab yang sesuai dengan gaya urban kontemporer.
"Kami ingin mengangkat kain asli Indonesia seperti tenun atau batik serta aksesoris budaya untuk muncul ke permukaan lagi, tetapi dengan gaya modern supaya anak muda lebih bangga," kata Rokhmi.