Soal Talenta Digital, Indonesia Masih Kalah dari India
Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia tampaknya belum diimbangi oleh ketersediaan talenta yang mumpuni. Beberapa perusahaan teknologi di Indonesia masih harus mengimpor tenaga kerja asing.
Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di India. Firma konsultan organisasi global Korn Ferry merilis studi Global Talent Crunch yang memperkirakan, India bakal surplus tenaga kerja ahli sebanyak 245,3 juta orang pada 2030. Sebaliknya, Indonesia diproyeksi kekurangan sekitar 18 juta tenaga ahli pada 2030.
Hanya, Asosiasi E- commerce Indonesia (idEA) menyatakan pandangan yang lebih optimistis. Ketua Umum idEA Ignatius Untung menyatakan, tiga hingga lima tahun ke depan, Indonesia tak perlu lagi impor talenta digital lagi dari India.
Sebab, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) diperkirakan sudah setara India pada 2021 atau 2023. "Kalau semua pemangku kepentingan bekerja sama, semoga tiga hingga lima tahun Indonesia bisa mengarah ke sana (India)," kata Ketua Umum idEA Ignatius Untung di William's Cafe, Jakarta, Kamis (8/11).
(Baca juga: Indonesia Diprediksi Kekurangan 18 Juta Tenaga Ahli pada 2030)
Meski begitu, menurutnya Indonesia bisa memenuhi kebutuhan talenta di dalam negeri jika pengembangan SDM dilakukan sedini mungkin. Tentunya, perlu keterlibatan seluruh pemangku kebijakan untuk memperbaharui keterampilan SDM sesuai dengan kebutuhan industri.
Ia menyampaikan, salah satu penyebab kualitas SDM India lebih unggul dibanding Indonesia adalah kemampuan berbahasa Inggris. Sementara, beragam teknologi dikembangkan di negara-negara maju yang juga bahasa Inggris. Untuk itu, kemampuan ini menjadi hal dasar supaya SDM Indonesia memahami perkembangan teknologi.