Insiden Hotel Yamato, Aksi Legendaris Perobekan Bendera Belanda
Surabaya terkenal dengan sebutan “Kota Pahlawan”. Berbagai peristiwa bersejarah terjadi di kota ini. Pertempuran Surabaya merupakan puncak aksi nasionalisme melawan penjajah.
Pertempuran tersebut berlangsung dari 27 Oktober 1945 hingga 20 November 1945. Sebelum pertempuran berkobar, serangkaian aksi dilakukan oleh warga Surabaya untuk menyatakan bahwa Indonesia sudah merdeka.
Perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato merupakan aksi simbolis untuk menyatakan kemerdekaan dan melawan penindasan oleh penjajah. Insiden tersebut memiliki kronologi yang cukup panjang, dimulai dari kekalahan Jepang dalam Perang Dunia Kedua.
Kekalahan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya
Perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia melalui proses panjang dan sulit. Sebelum merdeka, Indonesia berada dalam pemerintahan Jepang. Kemudian pada 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima. Tiga hari kemudian, pada 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki.
Dalam buku Sejarah ledakan bom atom Nagasaki oleh Pusat Data dan Analisa TEMPO, dampak bom atom tersebut mengakibatkan ratusan ribu penduduk Jepang meninggal dunia dan ratusan ribu lainnya mengalami cacat.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 (waktu Amerika Serikat) atau 15 Agustus 1945 (waktu Jepang), Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu dan mengakui Deklarasi Postdam. Berdasarkan Deklarasi Postdam tersebut, Jepang memiliki kewajiban untuk menjaga status Quo di daerah Indonesia.
M. C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 menjelaskan bahwa pada 2 September 1945, Mac Arthur sebagai perwakilan dari pasukan sekutu bersama perwakilan dari pemerintah Jepang melaksanakan upacara dan menandatangani dokumen penyerahan.
Upacara penyerahan dilaksanakan di atas kapal perang Amerika Missouri yang berlabuh di teluk Tokyo. Dengan ditandatanganinya dokumen penyerahan tersebut, maka secara resmi perang Pasifik/Perang Asia Timur Raya/Perang Dunia Kedua telah berakhir.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Saat peristiwa pengeboman Nagasaki pada 9 Agustus 1945, Soekarno, Moh, Hatta, dan Radjiman Widyodiningrat diundang ke Dath, Vietnam untuk bertemu dengan Jenderal Terauchi. Kemudian mereka kembali ke Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1945 saat Jepang menyerah.
Dengan kalahnya Jepang, Indonesia berada pada posisi vacuum of power (kekosongan kekuasaan). Pada tanggal 16 Agustus 1945, pukul 04.00 dini hari, Soekarno dan Moh. Hatta dibawa pemuda ke Rengasdengklok agar keduanya tidak terpengaruh oleh Jepang.
Soekarno dan Hatta kembali lagi ke Jakarta pada pukul 23.00 WIB. Pada tanggal 17 Agustus 1945, pukul 02.00 dini hari, Soekarno memimpin rapat PPKI di rumah Laksamana Tadashi Maeda untuk merumuskan teks proklamasi.
Pukul 10.00 WIB, Soekarno bersama Moh. Hatta membacakan teks Proklamasi di kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta.
Kedatangan Belanda Pasca-kemerdekaan Indonesia
Dalam buku Peran TNI-AU pada masa pemerintah darurat Republik Indonesia tahun 1948-1949 yang diterbitkan oleh Subdisjarah, pemerintah Belanda dan Inggris telah menyelenggarakan perundingan-perundingan di London dan Kandy. Perundingan itu menghasilkan apa yang kemudian dikenal sebagai London Civil Affairs Agreement.