Tersangka Utama Serangan Paris Akui Jadi Tentara Islamic State

Rezza Aji Pratama
9 September 2021, 10:15
serangan paris, terorisme, perancis
ANTARA FOTO/REUTERS/Charles Plati
ARSIP FOTO: Polisi Prancis mengamankan wilayah Villejuif dekat Paris setelah polisi menembak mati seorang pria yang mencoba menusuk sejumlah orang di taman umum di Paris, Prancis, Jumat (3/1/2020).

Tersangka utama serangan Paris pada November 2015, Salah Abdeslam mengaku sebagai tentara Islamic State (IS).

Dalam persidangan perdana yang digelar pada Rabu (8/9), Abdeslam menegaskan ia meninggalkan pekerjaannya untuk bergabung menjadi tentara Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL). Pria kelahiran 15 September 1989 ini diketahui pernah bekerja sebagai mekanik sejak 2009-2011. Abdeslam kemudian dipecat karena sering bolos dan beberapa kali terlibat tindak pidana ringan. Pada Desember 2013, Abdeslam mengelola sebuah bar bersama kakaknya Brahim Abdeslam di Brussel. Bar ini lantas dijual tepat enam pekan sebelum peristiwa serangan Paris.

Advertisement

Abdeslam juga memprotes perlakuan otoritas Perancis terhadap para tersangka teroris. Di hadapan para penyintas dan keluarga korban, ia membuka maskernya dan menunjuk Ketua Sidang. “Kami seharusnya diperlakukan seperti manusia. Kami bukan anjing,” teriaknya, seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (8/9).

Saat Hakim mencoba menenangkannya, Abdeslam kembali berteriak. “Di sini menyenangkan, ada tv layar data, pendingin ruangan, tetapi di sana [penjara] kami diperlakukan seperti anjing.” ia menambahkan.

Hal ini tak pelak menyulut emosi para penyintas. “Dan kami kehilangan 130 orang,” suara keras terdengar dari kerumunan.

Salah Abdeslam diketahui terhubung dengan kelompok Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) pada periode 2014 setelah kepulangan Abdelhamid Abaaoud dari Suriah. Abaaoud merupakan otak Serangan Paris yang tewas dalam insiden tersebut. Sementara itu, Abdeslam menjadi satu-satunya pelaku yang selamat dalam serangkaian serangan yang menewaskan 130 orang itu.

Selain Abdeslam, otoritas Perancis juga menyidang 13 orang lainnya yang diduga membantu para pelaku dengan menyediakan kendaraan atau senjata. Enam orang pemimpin ISIL juga menjalani persidangan in absentia atas keterlibatannya dalam insiden ini. Persidangan diperkirakan akan memakan waktu sembilan bulan, di mana vonis akan dijatuhkan pada Mei 2021. Ini akan menjadi persidangan maraton terbesar dalam sejarah modern Perancis. 

Serangan Paris terjadi pada malam tanggal 13 November 2015 yang melibatkan aksi penembakan massal, bom bunuh diri, dan penyanderaan. Para pelaku melakukan enam penembakan massal dan tiga bom bunuh diri secara terpisah di dekat Stade de France. Serangan paling brutal terjadi di Teater Bataclan, di mana terjadi aksi tembak menembak antara pelaku dan pihak kepolisian. Sebanyak 89 orang meninggal dunia dalam aksi di gedung teater ini.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement