Media Perlu Model Bisnis Inovatif Guna Hadapi Dominasi Platform Global

Rezza Aji Pratama
4 Februari 2023, 12:15
Media
Youtube Trijaya FM

Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menyerukan kepada media-media di Indonesia untuk membuka diri terhadap model bisnis baru yang inovatif.

Anggota Majelis Etik AMSI Metta Dharmasaputra mengatakan saat ini pers di seluruh dunia menghadapi tantangan kualitas jurnalisme dan model bisnis. Kondisi ini terutama dipicu oleh dominasi platform global di jalur distribusi produk jurnalisme. Akibatnya, media cenderung memproduksi berita clickbait karena sangat bergantung pada trafik untuk mendulang pendapatan.

“Pada akhirnya keberadaan platfom seperti ini tidak bisa kita tolak,” katanya, dalam diskusi bertajuk ‘Mau Dibawa Ke mana Industri Pers Kita?’, Sabtu (4/2).

Menurut Metta, media tidak bisa lagi bergantung pada satu sumber pendapatan saja. Ia mencontohkan media Inggris The Financial Times misalnya, kini sudah merambah ke bisnis konsultan. Beberapa model bisnis media yang bisa menjadi pilihan misalnya di sektor riset, event, donasi publik, hingga aktivasi pendanaan dari lembaga funding.

Metta menuturkan tantangan kualitas jurnalisme dan model bisnis tidak hanya unik terjadi di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Ia menyebut kondisi ini bahkan juga menjadi kekhawatiran dua jurnalis penerima Nobel, Maria Ressa dan Dmitry Muratov. Saat menerima Nobel, keduanya merilis 10 Seruan Aksi kepada pemerintah di seluruh dunia untuk melindungi pers.

Metta menyitir salah satu seruan itu berupa anjuran larangan terhadap surveilance ads. Platform ini memungkinkan pengiklan untuk melakukan personalisasi publisitas berdasarkan perilaku pembaca. Akibatnya, Metta menyebut terjadi polarisasi karena setiap individu hanya memperoleh informasi yang sesuai dengan perilakunya.

Di sisi lain, AMSI juga meminta pemerintah membuat regulasi terhadap influencer yang kini juga berperan besar mendistribusikan informasi. Metta menilai regulasi ini penting untuk menciptakan lapangan bermain yang sama (level playing field) di industri media.

Metta yang juga menjadi CEO Katadata ini menyebut media memproduksi berita dengan tata cara yang lebih rumit dan memakan biaya. Ini berbeda dengan para influencer yang lebih longgar dalam memproduksi dan mendistribusikan informasi.

Metta melanjutkan salah satu regulasi yang juga penting diperjuangkan adalah hak cipta jurnalistik. Ini bisa menjadi semacam valuasi bagi media yang sudah susah payah memproduksi berita.

Halaman:
Reporter: Rezza Aji Pratama
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...