Mayoritas Mata Uang Asia Lesu, Rupiah Dibuka Melemah Rp 14.215 Per US$

Abdul Azis Said
12 Oktober 2021, 10:32
Rupiahm nilai tukar
ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta.

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,05% ke level Rp 14.215 per dolar AS pada perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah diperkirakan masih akan melanjutkan pelemahan di tengah tren kenaikan harga energi global yang dapat menganggu pemulihan ekonomi.

Mengutip Bloomberg, rupiah sempat berbalik menguat tipis ke level Rp 14.214 pada pukul 09.20 WIB. Kendati demikian, ini belum mencapai level penutupan kemarin di posisi Rp 14.208 per dolar AS.

Advertisement

Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah. Yen Jepang melemah 0,03%, dolar Hong Kong, peso Filipina dan dolar Singapura kompak melemah 0,02%, dolar Taiwan 0,10%, won Korea Selatan 0,31%. Selanjutnya ringgit Malaysia dan yuan Cina melemah 0,04%, dan rupee India 0,49%. Sedangkan bath Thailand satu-satunya yang menguat 0,71%.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan nilai tukar rupiah akan melanjutkan pelemahan ke kisaran Rp 14.240-Rp 14.250 per dolar AS, dengan potensi support di level Rp 14.200. Rupiah berpotensi tertekan di tengah kekhawatiran pasar terhadap kenaikan harga energi.

"Kenaikan harga energi ini bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi global," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Selasa (12/10).

Sementara itu, harga gas pagi ini terpantau menguat 1,01% bersama dengan harga minyak mentah (Tokyo) 0,71%. Harga minyak mentah WTI melemah 0,40% bersama minyak mentah Brent 0,37%.

Ariston juga menyebut kenaikan harga energi juga dapat memicu kenaikan inflasi di AS yang saat ini masih tertahan di level tinggi. Karena itu, ia juga menyebut kenaikan harga energi yang mendorong inflasi juga dapat memicu The Fed mempercepat tapering off alias pengetatan stimulus.

The Fed mempertimbangkan dua indikator utama sebelum menarik gas tapering, yakni pasar tenaga kerja dan inflasi. Anggota rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan lalu melihat inflasi yang tinggi memungkinkan rencana kenaikan suku bunga bisa dilakukan lebih cepat dari perkiraan awal pada 2023. Pasar mengantisipasi kenaikan suku bunga akan dilakukan pada paruh kedua tahun 2022.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement