Imbal Hasil Surat Utang AS Menurun, Rupiah Diramal Menguat Terbatas

Abdul Azis Said
13 Oktober 2021, 09:32
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Nilai tukar rupiah diperkirakan bakal melanjutkan tren penguatan di pekan kedua di Juni 2020 dimana pada penutupan Jumat (5/6)
ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020).

Rupiah dibuka stagnan di level Rp 14.218 per dolar AS pada perdagangan pasar spot pagi ini. Mata uang garuda diramal akan menguat tipis seiring dengan penurunan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Mengutip Bloomberg, mata uang Asia lainnya mayoritas bergerak menguat. Yen Jepang 0,22%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Singapura 0,18%, dolar Taiwan 0,08%, won Korea Selatan dan bath Thailand kompak menguat 0,42%, peso Filipina 0,36%, yuan Cina 0,03% dan ringgit Malaysia 0,05%. Sedangkan rupee India melemah 0,21%.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan nilai rukar rupiah menguat hari ini ke level Rp 14.200, dengan potensi resisten di kisaran Rp 14.230 per dolar AS. Penguatan ditopang pergerakan yield US Treasury yang berangsur turun setelah terus naik sejak akhir bulan lalu.

"Nilai tukar rupiah mungkin bisa menguat terbatas hari ini menyusul terkoreksinya yield obligasi pemerintah AS," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (13/10).

Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun terpantau di level 1,57% pada pembukaan pagi ini, setelah beberapa hari terakhir tertahan di atas 1,6%. Ariston menyebut tren ini mengindikasikan pasar yang masih mengantisipasi rencana tapering off bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

The Fed diramal akan mengumumkan rencana tapering dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan depan. Rencana pengurangan pembelian aset kemudian diperkirakan mulai berlaku Desember 2021 dan berakhir pada pertengahan tahun depan. Sementara kenaikan suku bunga diramal akan lebih cepat, yakni pada paruh kedua 2022.

Selain itu, Ariston juga meramal penguatan rupiah masih akan dipengaruhi adanya tren kenaikan harga komoditas global, khususnya komoditas tambang. Tren ini memberi kabar positif terhadap kinerja neraca dagang RI yang akan dirilis akhir pekan ini.

Harga komoditas tambang ditutup menguat semalam. Tembaga menguat 0,08%, harga alumunium naik 0,13%, zinc melompat 1,03% serta timah naik 0,25%. Harga perak juga naik 0,19% serta emas 0,07%. Kemudian harga minyak mentah WTI dan Brent kompak naik tipis 0,01%, sementara gas alam terkoreksi 1,80%.

Namun Ariston juga memberikan catatan bahwa kurs garuda mungkin hanya akan naik tipis. Ia melihat pasar masih mewaspadai ancaman pelambatan ekonomi global karena tersendatnya pasokan energi dan juga kebijakan tapering AS yang mungkin akan diberlakukan dalam waktu dekat.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...