Aktivitas Narsih sudah dimulai ketika hari masih gelap. Ia bangun sekitar pukul 03.00 WIB untuk mempersiapkan jamu dagangannya. Narsih memasukkan cairan berkhasiat itu ke botol-botol kaca lantas menyusunnya ke rombong. Saat hari mulai terang, ia akan mengangkut rombong di atas sepeda lawas yang sudah seperempat abad.

Mulai pagi buta, Narsih mengayuh sepedanya menyusuri gang-gang sempit di Petukangan, Jakarta Selatan. Ia sudah puluhan tahun beroperasi di wilayah ini. Pelanggan biasanya membayar Rp 3.000 - 5.000 per gelas jamu. “Dalam sehari dia bisa mendapat Rp 150 - 200 ribu. "Kalau lagi ramai,” ujar Narsih.

Ketika pandemi corona mulai menghantam pada Maret 2020, Narsih kelimpungan. Ia sempat pulang ke kampungnya. Namun, karena tidak bisa mendapatkan pekerjaan, ia kembali ke profesi lamanya sebagai penjual jamu keliling di ibu kota. Narsih tidak punya banyak pilihan. Ia tulang punggung keluarga setelah suaminya meninggal beberapa waktu silam.

Suatu hari di pertengahan September 2020, dia ketiban rezeki yang tidak disangka-sangka. Narsih awalnya diminta datang ke kantor Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Cipulir. Rupanya, ia mendapatkan bantuan dari pemerintah senilai Rp 2,4 juta. 

Narsih yang tidak menyangka akan mendapatkan bantuan, akhirnya menggunakan uang itu untuk membeli sepeda dan mengganti rombongnya yang sudah usang.

Tidak hanya Narsih, bantuan pemerintah itu juga diberikan kepada 1,2 juta rakyat jelata yang memiliki usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Program yang diberi nama Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM) ini pertama kali diluncurkan pada 24 Agustus 2020.

“Banpres Produktif ini hibah, bukan pinjaman. Saya harapkan Banpres Produktif digunakan betul-betul untuk tambahan modal, untuk menambah barang-barang dagangan,” kata Presiden Joko Widodo saat memperkenalkan program ini di Istana Negara.

Pemberian bantuan ini cukup membuat pelaku UMKM bernafas lega. Pandemi Covid-19 memang menghantam UMKM dengan telak, terutama di masa-masa awal. Survei Katadata Insight Center (KIC) di Jabodetabek menyebutkan 56,8 % UMKM berada dalam kondisi buruk saat pandemi. Hanya 14,1 % yang mengaku masih dalam kondisi baik.

Survei juga mengungkap 63,9 % UMKM mengalami penurunan omzet lebih dari 30 %. Hanya 3,8 % UMKM saja yang mengalami peningkatan omzet.

Guna menyelamatkan UMKM, Pemerintah pun menganggarkan Rp 123 triliun untuk membantu usaha di kalangan bawah ini bertahan hidup. Selain memberikan bantuan modal, pemerintah menganggarkan subsidi bunga hingga Rp 35 triliun.

TRANSAKSI DIGITAL PEDAGANG JAMU
TRANSAKSI DIGITAL PEDAGANG JAMU (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/foc.)
 

Aneka Bantuan untuk si Jelata

Setelah sukses menargetkan 1,2 juta UMKM dalam program Banpres Produktif di 2020, Kementerian Koperasi dan UKM kembali menggulirkan program serupa di 2021. Namun kali ini anggarannya dipangkas sampai setengahnya. Jika di tahun sebelumnya setiap UMKM memperoleh Rp 2,4 juta, di tahun kedua pandemi pemerintah cuma menyediakan Rp 1,2 juta per UMKM.

Kendati jumlah yang diterima lebih kecil dari program BPUM 2020, Afdal Andriko (28) sudah cukup merasa terbantu. Pemuda asal Kota Padang ini mulai merintis usaha budidaya jamur tiram pada Juni 2020. Sejak awal, ia memang sudah berencana meminta bantuan modal kepada pemerintah.

Saat mendatangi Dinas UMKM Sumatera Barat, ia mendapatkan informasi soal BPUM. Setelah memenuhi persyaratan administrasi, uang Rp 1,2 juta masuk ke rekeningnya pada Mei 2021. Afdal menggunakan dana itu untuk mengembangkan bisnis dan meningkatkan kapasitas produksi jamur tiram. “Setelah mendapatkan bantuan itu omzet saya naik 100 %,” cerita Afdal kepada Katadata

Kenaikan kinerja UMKM setelah mendapatkan BPUM juga direkam oleh riset BRI. Survei menunjukkan 42 % responden merasakan peningkatan kapasitas dan kinerja usaha setelah menerima bantuan.  Sebanyak 39,1 % responden merasakan kapasitas usaha mereka meningkat, tetapi kinerja usaha masih biasa saja. Kemudian, 8,1 % responden merasakan kapasitas usaha meningkat, tetapi kinerja usaha semakin menurun. 

Untuk mengungkit daya tahan usaha rakyat jelata, pemerintah juga menggeber aneka dukungan pendanaan lain seperti kredit usaha rakyat. Ini merupakan fasilitas pembiayaan dengan bunga rendah, bagian dari program pemulihan ekonomi. Bank-bank pemerintah paling banyak berperan. Di awal tahun lalu, BRI, misalnya, menyalurkan KUR hingga Rp 58,4 triliun per April 2021, disusul Bank Mandiri yang menebar Rp 13,1 triliun.

Lalu BNI mengucurkan untuk KUR Rp 9,9 triliun. Jumlah debiturnya sekitar 100 ribu UMKM.  Selain menyalurkan pendanaan, bank pelat merah ini memberikan pendampingan. BNI memang sedang makin serius menjadikan bisnis UMKM sebagai salah satu fokus pengembangan perbankannya.

Pemberdayaan UMKM bukan cuma menjadi ranah pemerintah. Sejumlah perusahaan swasta juga ikut terlibat dalam aktivitas ini. PT Pertamina (Persero) misalnya, menyiapkan sejumlah program unggulan seperti pelatihan, dukungan pendanaan, hingga pameran produk.

Java Candle Art jadi salah satu kisah sukses UMKM yang menjadi mitra binaan Pertamina. Usaha kecil yang berbasis di Bandung ini didirikan oleh Bagus Randiawan Saputra pada 2016 lalu. Usaha ini sebenarnya warisan keluarga yang dirintis orang tua Bagus sejak 2008. Namun kala itu fokus usaha pada lilin untuk penerangan semata. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement