Riba adalah Tambahan, Pahami Jenis, Contoh, dan Hukumnya

Image title
20 Januari 2022, 08:10
Ilustrasi riba
Unsplash/Mufid Majnun
Ilustrasi riba

Agama Islam melarang praktik riba dalam transaksi. Riba adalah tambahan yang disyaratkan dan diterima pemberi pinjaman sebagai imbalan dari peminjam dalam transaksi bisnis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), riba disebut juga bunga uang, lintah darat, atau rente.

Dikutip dari Buku Pintar Investasi Syariah, riba berasal dari bahasa Arab yang artinya tambahan (al-ziyadah), berkembang, (an-numuw), meningkat (al-irtifa'), dan membesar (al-'uluw). Dalam Al-Quran, larangan riba dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 278.

اَلَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوْمُوْنَ اِلَّا كَمَا يَقُوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطٰنُ مِنَ الْمَسِّۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْٓا اِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبٰواۘ وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰواۗ فَمَنْ جَاۤءَهٗ مَوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖ فَانْتَهٰى فَلَهٗ مَا سَلَفَۗ وَاَمْرُهٗٓ اِلَى اللّٰهِ ۗ وَمَنْ عَادَ فَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

Menurut tafsir Kementerian Agama, orang yang riba akan hidup dalam kegelisahan, tidak tenteram jiwanya, selalu bingung, dan berada dalam ketidakpastian, sebab pikiran dan hati mereka selalu tertuju pada materi dan penambahannya.

Hal tersebut yang akan mereka alami di dunia. Sedangkan di akhirat, mereka yang riba akan dibangkitkan dari kubur dalam keadaan sempoyongan, tidak tahu arah yang akan mereka tuju dan akan mendapat azab yang pedih.

Pengertian Riba Menurut Para Ahli

Dikutip dari buku Filsafat Hukum & Maqashid Syariah, Ibn al-'Araby dalam Ahkam Al-Quran menjelaskan, riba dalam arti bahasa adalah kelebihan (tambahan). Adapun yang dimaksud dengan riba dalam Al-Quran adalah setiap kelebihan (tambahan) yang tidak ada imbalannya.

Muhammad Ali al-Shabuni dalam Rawa-i' al-Bayan menerangkan, riba adalah kelebihan (atas pokok utang) yang diambil oleh kreditur (orang yang memberikan utang) dari debitur (orang yang berutang) sebagai imbalan atas masa pembayaran utang.

Muhammad Abu Zarah dalam Buhuts fi al-Riba menjelaskan, riba (yang dimaksud dalam) Al-Quran adalah riba (tambahan, bunga) yang dipraktikan oleh bank dan masyarakat dan itu hukumnya haram, tanpa keraguan.

Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikan riba adalah seseorang memiliki utang maka dikatakan kepadanya apakah akan melunai atau membayar lebih. Jika tidak mampu melunasi, ia harus menambah dana (dalam bentuk bunga pinjam) atas penambahan waktu yang diberikan.

Jenis-Jenis Riba dalam Islam

Menurut buku Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, riba dibagi menjadi empat. Jenis-jenis riba adalah sebagai berikut.

  • Riba Qardh adalah riba berupa suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang diisyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh).
  • Riba Jahiliyah adalah riba dimana utang dibayar lebih dari pokokna karena peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan.
  • Riba Fadhl disebut juga riba buyu, yakni riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya, kuantitasnya, dan waktu penyerahannya. Dalam pertukaran ini terdapat gharar, yaitu ketidakjelasan bagi kedua pihak akan nilai masing-masing barang yang dipertukarkan.
  • Riba Nasi'ah atau riba duyun, yaitu riba yang timbul akibat utang-piutang dan hasil usaha muncul bersama biaya.

Dari empat jenis riba tersebut, riba yang sering terjadi dalam jual beli adalah riba fadhl dan riba nasi'ah.

Contoh Riba Nasi'ah

A berutang kepada B sebanyak Rp1.000,- dan akan dikembalikan setelah habis masa sebulan. Setelah sebulan, A belum sanggup membayar utangnya karena itu A meminta kepada B agar bersedia menerima penundaan pembayaran.

B bersedia menunda waktu pembayaran dengan syarat A menambah pembayaran, sehingga menjadi Rp1.300,-. Tambahan pembayaran dengan penundaan waktu serupa ini disebut riba nasi'ah.

Tambahan pembayaran ini berpotensi dilakukan berkali-kali karena pihak yang berutang selalu meminta penundaan pembayaran, sehingga akhirnya A tidak sanggup lagi membayarnya. Larangan riba nasi'ah diatur dalam Surat Al-Baqarah ayat 275.

Menurut tafsir Kementerian Agama, riba nasiah banyak berlaku di kalangan orang Arab jahiliah pada zaman dahulu. Bila dipelajari dan diikuti sistem riba dalam ayat ini dan yang berlaku di masa jahiliah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Sistem bunga merupakan sistem yang menguntungkan bagi yang meminjamkan dan sangat merugikan si peminjam. Bahkan ada kalanya si peminjam terpaksa menjual dirinya untuk dijadikan budak agar dia dapat melunasi pinjamannya.
  • Perbuatan riba nasi'ah pada zaman jahiliah termasuk usaha untuk mencari kekayaan dan untuk menumpuk harta bagi yang meminjamkan.

Contoh Riba Fadhl

Riba fadhl yaitu menjual sejenis barang dengan jenis barang yang sama dengan ketentuan memberi tambahan sebagai imbalan bagi jenis yang baik mutunya. Contohnya, seseorang menjual emas 20 karat dengan emas 24 karat dengan tambahan emas 1 gram sebagai imbalan bagi emas 24 karat.

Dasar hukum diharamkannya riba fadhl tercantum dalam Hadis Riwayat Muslim dari Abu Sa’id al-Khurdi, Nabi Muhammad saw bersabda: 

“Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain, janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.”

Halaman:
Editor: Safrezi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...