Pendukung Prabowo Ragukan KPU, TKN: Efek Kampanye Delegitimasi Pemilu

Dimas Jarot Bayu
11 Maret 2019, 18:06
Aksi Tolak Kecurangan Pemilu 2019
ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
Massa Forum Umat Muslim melakukan aksi apel siaga umat di depan Kantor KPU, Menteng, Jakarta, Jumat (1/3/2019). Aksi tersebut untuk menolak kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2019.

Hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menunjukkan pendukung pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno banyak yang meragukan penyelenggara Pemilu. Menanggapi hasil survei ini, Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin menuding hal tersebut merupakan imbas dari kampanye kubu Prabowo-Sandiaga selama ini.

TKN menilai kubu Prabowo-Sandiaga kerap kali berkampanye dengan mendelegitimasi penyelenggaraan Pemilu. Juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf Ace Hasan Syadzily mengatakan upaya mendelegitimasi penyelenggaraan Pemilu itu dapat dilihat dari beberapa isu yang dihembuskan kubu paslon 02 terkait pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg).

Advertisement

(Baca: Survei SMRC: Pendukung Prabowo-Sandi Lebih Meragukan Kinerja KPU)

Dia mencontohkan munculnya isu tujuh kontainer surat suara yang telah tercoblos di Tanjung Priok. Ada pula isu kotak suara berbahan kardus memudahkan kecurangan ketika Pemilu berlangsung. Teranyar, adanya demonstrasi yang meragukan sistem teknologi informasi milik KPU. Demonstrasi itu dipimpin Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Amien Rais.

"Itu artinya kampanye kubu sebelah yang melakukan upaya delegitimasi Pemilu telah menampakan hasilnya," kata Ace dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/3).

Ace menilai upaya mendelegitimasi penyelenggaraan Pemilu dari kubu Prabowo-Sandiaga mirip model propaganda Donald Trump saat mencalonkan diri di Pilpres AS. Trump saat itu juga membentuk opini mengenai berbagai kecurangan yang terjadi saat persiapan hingga pencoblosan Pemilu.

(Baca: Pendukung Prabowo Lebih Percaya Informasi di Medsos Bersimbol Agama)

Hal tersebut dilakukan untuk mendelegitimasi Hillary Clinton dan Partai Demokrat yang menjadi partai petahana. "Model kampanye Trump di Amerika juga melakukan delegitimasi terhadap penyelenggaraan Pemilu," kata Ace. 

Menurutnya, upaya mendelegitimasi Pemilu ini sama saja dengan mencari alibi jika Prabowo-Sandiaga kalah. Hal seperti ini akan merusak sistem demokrasi di Indonesia. Keraguan terhadap penyelenggaraan Pemilu sama saja dengan tidak mempercayai mekanisme demokrasi di Indonesia. Lagipula, KPU dan Bawaslu dipilih melalui mekanisme politik di DPR, di mana semua partai politik ikut terlibat memilih.

Karenanya, Ace meminta masyarakat tetap mempercayakan penyelenggaran Pemilu kepada KPU dan Bawaslu, demi menjaga kualitas demokrasi di Indonesia. "Jangan dulu melemparkan tudingan ketidaknetralan penyelenggara Pemilu padahal perlombaan intinya belum dilaksanakan," kata Ace.

(Baca juga: Jokowi Ajak Pendukungnya agar Tidak Takut Melawan Hoaks)

Debat Capres II
Debat Capres II ( ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Pendukung Prabowo-Sandiaga Meragukan KPU dan Bawaslu

Survei SMRC menyatakan pendukung Paslon Nomor Urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno lebih pesimistis terhadap kinerja penyelenggara daripada pemilih Paslon Nomor Urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Survei dilakukan berdasarkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu). Direktur Riset SMRC Deni Irvani menyatakan penilaian integritas penyelenggara pemilu tidak lepas dari preferensi politik masyarakat.

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement