7 Rekomendasi Film Indonesia Terbaik Sepanjang Masa
Industri film Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan film-film berkualitas. Teknologi dan media sosial juga mendukung untuk mengenalkan film Indonesia dalam kancah internasional.
Bangkitnya industri film Indonesia tampak dari film-film nasional yang terkenal dan sukses meraih jumlah penonton yang besar. Film Petualangan Sherina menandai bangitnya industri perfilman Indonesia.
Film tersebut berhasil meraih penghargaan di Festival Film Asia Pasifik tahun 2000. Tahun berikutnya, Petualangan Sherina memenangkan Film Anak Terbaik di Festival Film Bandung. Semenjak itu, industri film Indonesia terus berkembang.
Kabar baik untuk industri film muncul pada tahun 2016 ketika industri film diangkat dari Daftar Negatif Investasi (DNI) sehingga mengalami peningkatan 20% dari segi investasi menurut situs Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Meski pandemi melanda dan bioskop menghadapi kesulitan, beberapa film Indonesia dapat ditonton melalui layanan streaming seperti Netflix dan Viu. Berikut rekomendasi film Indonesia terbaik sepanjang masa.
1. Laskar Pelangi
Diadaptasi dari novel populer yang terinspirasi dari kehidupan Andrea Hirata, Laskar Pelangi adalah film karya Riri Riza yang rilis pada 25 September 2008.
Laskar Pelangi mengisahkan perjuangan siswa dan guru pada tahun 1970-an di SD Muhammadiyah yang terletak di Pulau Belitung, Sumatera. Awalnya, sekolah itu hampir tutup karena memiliki kurang dari 10 siswa. Untungnya, seorang siswa tiba sehingga SD Muhammadiyah masih bisa beroperasi.
Ikal adalah satu dari sepuluh siswa tersebut. Ia dan teman-teman sekelasnya berasal dari keluarga kurang mampu dan keadaan sekolah mereka sangat memprihatinkan. Tetapi, para siswa dan guru tak pernah putus asa.
Kegigihan para siswa membuat Bu Mus, guru di sekolah itu, memberi mereka julukan “Laskar Pelangi”. Film ini menampilkan momen-momen lucu dan inspiratif, terutama pesan yang disampaikan mengenai isu pendidikan di daerah terpencil Indonesia.
2. Sang Penari
Sang Penari adalah sebuah film yang diadaptasi dari trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan disutradarai oleh Ifa Isfansyah. Film ini rilis pada 10 November 2011.
Dalam film Sang Penari, remaja muda bernama Rasus dan Srintil jatuh cinta dalam kemiskinan di Dukuh Paruk pada tahun 1960-an. Srintil diberkati dengan talenta menari yang dipercaya memiliki keajaiban. Masyarakat sekitar mengharuskan Srintil untuk menjadi ronggeng (penari utama).
Hal tersebut membuat Rasus merasa cintanya pada Srintil dirampas. Dalam keputusasaannya, Rasus meninggalkan desa untuk bergabung dengan angkatan militer. Seiring berjalannya waktu, Rasus dilema antara mengabdi pada negara atau mengejar cintanya pada Srintil, hingga kudeta politik besar memisahkan keduanya.
Sang Penari secara indah menggambarkan perjuangan cinta dengan aspek budaya. Film ini juga mengangkat isu sosial, politik dan sejarah Indonesia.
3. Gie
Gie adalah sebuah film biografi tahun 2005 yang disutradarai oleh Riri Riza. Film ini berdasarkan buku Catatan Seorang Demonstran yang ditulis oleh Soe Hok Gie.
Berkisah tentang Soe Hok Gie, seorang aktivis yang hidup di tahun 1960-an, film Gie berlatar di era kelam dalam sejarah Indonesia. Ketika Indonesia mengalami krisis, Soe Hok Gie menyuarakan keprihatinannya yang besar tentang isu politik dan sosial. Namun, Soe Hok Gie juga seorang yang sensitif dan romantis.
Melalui film Gie, penonton dapat menyaksikan perjalanan Soe Hok Gie yang penuh peristiwa politik, persahabatan, dan asmara. Tetapi, perjuangannya menuntut keadilan dan kebenaran harus dibayar mahal.
Idealisme Soe Hok Gie yang tanpa kompromi membuat orang-orang dekatnya menjauh. Teman-teman terbaiknya meninggalkannya. Wanita yang ia cintai menolaknya. Hanya alam tempat Gie dapat menemukan kedamaian dan di situ pula ia menghembuskan nafas terakhir.
4. 27 Steps of May
27 Steps of May adalah sebuah film drama Indonesia yang disutradarai oleh Ravi Bharwani dan rilis pada 28 November 2018.
Film ini mengisahkan tentang May telah mengisolasi dirinya sendiri dan berhenti berbicara karena trauma terhadap pemerkosaan yang ia alami saat Kerusuhan Mei 1998. Ayahnya, seorang petinju, menyalahkan dirinya sendiri dan mencoba untuk hidup dengan kondisi May. Tapi, suatu hari sebuah lubang muncul di dinding kamar May dan muncul seorang pesulap.
27 Steps of May melalui simbolisme visual menunjukkan proses pemahaman trauma dan pemulihan korban kekerasan seksual. May dan ayahnya melampiaskan frustrasi terpendam dengan cara mereka sendiri.
Dengan visual yang memukau, 27 Steps of May memberi pelajaran berharga tentang isu kekerasan seksual di Indonesia.
5. Petualangan Sherina
Rilis pada tahun 2000, Petualangan Sherina adalah film komedi petualangan musikal yang disutradarai oleh Riri Riza.
Berkisah tentang Sherina, gadis kecil yang biasanya energik, namun murung ketika mengetahui keluarganya pindah dari Jakarta ke Bandung. Sherina harus meninggalkan teman tersayangnya dan pergi ke tempat baru.
Pada hari pertama di sekolah barunya, Sherina sudah menjadi korban dari pengganggu bernama Sadam, seorang bocah nakal yang suka menindas. Meskipun hubungan awal mereka buruk, Sherina mendengarkan nasihat ibunya agar dia bisa lebih memahami keadaan.
Saat Sherina sekeluarga mengunjungi tempat keluarga Sadam, mereka menjalin persahabatan. Dalam petualangan yang mendebarkan dan mengasyikkan, mereka harus bekerja sama saat menghadapi sekelompok penjahat yang dipimpin oleh Pak Raden.
Melalui adegan musikal serta performa para aktor cilik, Petualangan Sherina adalah film klasik yang cocok ditonton bersama keluarga.
6. Cek Toko Sebelah
Cek Toko Sebelah adalah film komedi yang dirilis pada 28 Desember 2016 dan disutradarai oleh Ernest Prakasa.
Film ini berkisah tentang seorang ayah duda yang meninggalkan sebuah toko untuk dirawat. Ketika dia mengalami serangan jantung, dia menunjuk putra bungsunya, Erwin, sebagai penanggung jawab. Saat toko akan dijual, Erwin dan saudaranya, Yudi, menyusun rencana untuk membeli toko itu kembali.
Premis sederhana dengan performa para pemeran dalam film Cek Toko Sebelah, mampu membuat penonton larut dalam konflik dan drama yang terjadi. Melalui perjuangan para anggota keluarga, setiap karakter dapat beresonansi dengan penonton dan disertai adegan komedi yang menghibur.
7. Ave Maryam
Ave Maryam adalah film karya sutradara Robby Ertanto yang rilis pada 11 April 2019. Film ini berlatar tahun 1980 ketika Maryam, seorang wanita dari keluarga Muslim menjadi Katolik dan pindah ke Ambarawa, Semarang, untuk bekerja sebagai suster di Gereja St. Stanislaus Girisonta.
Pekerjaan Maryam meliputi memandikan kakak-kakak yang sudah lanjut usia, membersihkan rumah, dan menyiapkan makanan. Ia dibantu oleh Dinda, seorang pemuda muslim yang sering mengirimkan susu dan makanan.
Maryam diberitahu akan ada pendeta baru untuk memimpin gereja bernama Yosef dan mereka mulai saling mengenal. Yosef yang liberal, bertentangan dengan karakter Maryam. Tetapi, Maryam mulai memiliki perasaan pada Yosef. Yosef dan Maryam memulai hubungan, meski tahu bahwa itu dilarang, dan mengakibatkan Maryam lalai terhadap tugasnya.
Film Ave Maryam mengangkat isu tentang agama dan iman dalam kehidupan biarawati. Penonton dihadapi dengan pertanyaan yang menjadi sorotan dalam film, “Jika surga belum pasti untukku, mengapa aku harus mengurusi nerakamu?”