Kata Mutiara Masyarakat Jawa yang Bisa Menjadi Pengingat di Masa Kini

Image title
15 September 2021, 15:24
Kata Mutiara Masyarakat Jawa yang Menjadi Pengingat di Masa Ini
ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko
Ilustrasi anak-anak mempelajari kata mutiara Berbahasa Jawa

Peradaban Jawa telah berdiri selama sekian abad lamanya. Di dalamnya terdapat banyak peninggalan warisan dari benda hingga hikmah yang bisa diambil oleh generasi penerusnya. Petuah-petuah tersebut rasanya masih bisa dilaksanakan dan layak untuk dijadikan panduan kehidupa di zaman ini.

Pesan bijak dalam bahasa Jawa selalu mengandung pelajaran hidup yang berharga. Intinya untuk selalu berpegang teguh pada kebaikan dan menjauhi keburukan.

Katadata.co.id menghimpun sejumlah kata-kata mutiara berbahasa Jawa dari berbagai sumber yang bisa menjadi rujukan dalam kehidupan:

1. "Wong menang iku wong sing bisa ngasorake priyanggane dhewe." (Orang yang menang adalah orang yang bisa melawan nafsunya sendiri)

Musuh terbesar dalam kehidupan diri sendiri. Melawan nafsu, ketakutan dan amarah yang timbul dan disebabkan oleh diri sendiri. Maka masyarakat Jawa sangat menghargai orang-orang yang mampu mengalahkan diri sebelum mengalah orang lain.

Petuah ini menunjukkan sebelum unjuk gigi untuk tampil berperang melawan musuh yang nyata di hadapan mata. Lebih baik hadapi dulu musuh yang masih senyap tersembunyi di dalam diri.

2. "Aja dadi pengecut kaya upil sing umpetan ning ngisor meja." (Jangan jadi pengecut seperti kotoran hidung yang hanya bisa bersembunyi di bawah meja)

Kebiasaan jorok sejumlah masyarakat di Indonesia yang bisa menempelkan kotoran hidung atau upil di kolong meja juga menjadi sorotan para leluhur Jawa.

Bentuknya yang kecil dan mudah tersembunyi membuat orang yang beperilaku tak bersih sesuka hati menempelkan upil dimanapun ia suka. Hal itu menunjukkan bahwa orang yang pengecut setara dengan kotoran hidung. Kecil, jorok, dan tidak memiliki tempat di permukaan.

3. "Golek sempurnaning urip lahir batin lan kasempurananig pati." (Mencari kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat)

Leluhur masyarakat Jawa senantiasa mengingatkan bahwa kehidupan di dunia hanya sementara. Ada alam yang kekal dan menanti pasca kehidupan yaitu akhirat.

Oleh karenanya dalam petuah ini diingatkan bahwa saat hidup di dunia jangan lupa dengan akhirat. Begitu juga sebaliknya bahwa meski hidup di dunia hanya sementara namun juga jangan disia-siakan. Manfaatkan momentum sebaik mungkin.

4. "Wong pinter kalah karo wong beja." (Orang pintar kalah dengan orang beruntung)

Meskipun tidak namun saat keberuntungan ada di tangan maka dialah pemenangnya. Dalam petuah ini dapat disimpulkan bahwa keberuntungan tidak selalu ditentukan dengan kemampuan intelektual atau finasial semata. Namun juga ada faktor keberuntungan yang terjadi.

Namun untuk menemukan sebuah peruntungan tentu harus ada resep yang dilakukan. Oleh karenanya keberuntungan akan terjadi saat persiapan dilakukan lalu bertemu dengan kesempatan, maka terjadilah keberuntungan.

Oleh karenanya meski buka menjadi orang yang pintar dan berintelektual. Setidaknya mampu meraih keberuntungan dalam hidup.

5. "Basa iku busananing bangsa." (Budi pekerti seseorang bisa terlihat dari tutur kata yang diucapkannya)

Kesan pertama seseorang tidak hanya dinilai dari penampilan luarnya. Namun juga dari pribadi yang dapat dilihat dari tata tutur perilaku seseorang.

Oleh karenanya setiap orang harus menjaga tutur kata, dan bahasa. Melihat sopan santun kepada siapa berbicara. Selain demi menjaga perasaan lawan bicara, namun juga menunjukkan marwah dan wibawa bila mampu berkata-kata dengan bahasa yang halus dan baik.

Para leluhur Jawa menyadari bahwa lisan adalah salah satu pangkal dari kecelakaan. Lidah yang tak bertulang mampu mengeluarkan kata-kata yang mampu menusuk hati.

6. "Sabar iku lire momot kuwat nandhang sakehing coba lan pandhadharaning ngaurip." (Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup)

Banyak lika-liku kehidupan yang hadir dalam setiap insan. Semua itu hanya bisa dihadapi bila bersabar. Godaan dalam hidup tidak hanya soal perkara harta, tahta dan wanita saja. Namun juga cobaan fitnah ata musibah yang mendera.

Maka dapat dilihat apakah orang diuji bersabar atau tidak. Mampu bertahan atau menyerah dengan keadaan. Atau terseret nafsu saat setan terus menggoda dengan nafsu duniawi yang sifatnya sementara.

Sehingga barang siapa yang bersabar, selain membantu dalam kehidupan namun juga mendapat ganjaran yang baik di mata tuhan.

7. "Kawula mung saderma, mobah-mosik kersaning Hyang sukmo." (Mulailah untuk bertindak sebisamu, baru akhirnya serahkan semuanya kepada tuhan yang maha esa)

Dalam kata mutiara ini setiap anak manusia diajarkan untuk selalu berusaha. Selagi napas masih berhembus, api perjuangan tak boleh padam. Akan tetapi setelah berusaha, manusia tidak boleh sombong seakan dirinya yang paling bisa segalanya. Ada masa dia harus berserah dan pasrah kepada yang maha kuasa.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...