Sejarah Perang Mata Uang, Sejak Depresi Besar hingga AS vs Tiongkok

Safrezi Fitra
6 Agustus 2019, 18:53
perang dagang, Amerika, AS, Tiongkok, China, perang mata uang, currency war
Dilok Klaisataporn/123RF.com

Isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok terus memanas. Kini, isu tersebut meluas menjadi perang mata uang (currency war). Pihak AS menuding Tiongkok sengaja memanipulasi nilai tukar mata uangnya, yuan, agar produk-produknya bisa laris di AS.

Hari ini (6/8) kurs yuan terhadap dolar AS masih melemah hingga 1,5 persen ke level 7. Mata uang Tiongkok hampir menyentuh titik terendah sejak 2008. "Tiongkok menjatuhkan nilai mata uangnya ke titik yang hampir terlemah sepanjang sejarah. Ini disebut manipulasi kurs. Apakah Anda mendengar ini, Federal Reserve? Pelanggaran besar ini justru akan melemahkan Tiongkok," kata Presiden AS Donald Trump dalam cuitannya di Twitter, Senin (5/8). 

Menurut Trump, Tiongkok sengaja memanipulasi mata uangnya untuk mencuri bisnis AS, mengganggu terciptanya lapangan kerja di negara tersebut, hingga menekan upah pekerja dan mengganggu pendapatan petani AS. "Tiongkok bertekad untuk mengambil ratusan miliar dolar dari AS dengan praktik perdagangan yang tidak adil dan manipulasi mata uang. Ini hanya menguntungkan satu pihak dan seharusnya dihentikan bertahun-tahun lalu," ujarnya.

(Baca: Perang Dagang AS-Tiongkok Berpotensi Menuju Perang Mata Uang)

Seolah membantah Trump, Bank Sentral Tiongkok mengatakan pelemahan yuan mencerminkan kekhawatiran pasar tentang proteksionisme perdagangan dan tarif baru dengan Tiongkok. Ini merespons langkah yang akan dilakukan Trump terhadap Tiongkok, yang berdampak pada meningkatnya tensi perang dagang kedua negara.

Trump mengumumkan rencana AS mengenakan pajak hampir pada setiap ekspor produk Tiongkok. Namun, dengan membiarkan yuan melemah ke level terendah dalam satu dekade terakhir, Tiongkok memberikan sinyal jelas: Mereka siap menggunakan mata uangnya sebagai senjata dalam perang dagang dengan Washington.

Perang mata uang antara AS dan Tiongkok sekarang ini bukan yang pertama terjadi. Pada 2010, Presiden AS Barack Obama juga sempat menuding Tiongkok melakukan manipulasi nilai mata uangnya. Dia meminta Tiongkok menghentikan manipulasi ini, karena dapat mendorong harga produk AS membengkak, sementara produk Tiongkok mengalami deflasi. "Apalagi hal itu dilakukan secara rekayasa," kata Obama.

Tak hanya Tiongkok, perang mata uang meluas hingga ke negara-negara lain. Saat AS mengalami krisis keuangan pada 2008, muncul kekhawatiran di kalangan negara-negara maju terkait semakin besarnya defisit perdagangan mereka. Sama dengan negara-negara berkembang, negara maju memandang ekspor sebagai strategi ideal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

(Baca: Perang Mata Uang, Yuan Jadi Senjata Tiongkok Lawan Trump)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...