Saham Emiten BUMN Farmasi Lebih Diuntungkan di Masa Pandemi

Safrezi Fitra
14 September 2020, 19:49
saham, farmasi, bumn, kimia farma, indofarma, kalbe farma, emiten farmasi, covid-19, psbb
123rf/lightwise
Ilustrasi industri farmasi

Pandemi Covid-19 memberikan pengaruh positif terhadap kinerja saham perusahaan farmasi. Pergerakan saham-saham emiten farmasi di yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam enam bulan terakhir.

Meski tidak semua emiten mengalami kinerja keuangan yang baik sepanjang semester I-2020, investor justru tertarik dengan prospek ke depannya. Saham-saham farmasi banyak diburu, sehingga harganya naik. Sepanjang enam bulan terakhir ini, harga saham-saham farmasi mengalami peningkatan signifikan. Rentang peningkatan harganya antara 18% - 424%.

Advertisement

Bahkan, PT Soho Global Health Tbk (SOHO), emiten farmasi yang baru tercatat di BEI pekan lalu pun mendulang berkah. Harga saham produsen suplemen kesehatan Imboost ini naik hingga 202% sejak pertama kali sahamnya masuk bursa. Dari harga penawaran Rp 1.820 kini menjadi Rp 5.500 per saham.

Kenaikan harga saham SOHO yang mencapai tiga kali lipat ini terjadi hanya dalam lima hari. Pada hari pertama perdagangan saja, sahamnya langsung naik 24,73%. Selama lima hari ini saham SOHO masih terkena auto reject atas dengan kenaikan hampir 25% setiap hari perdagangan bursa.

Di antara 10 saham farmasi yang naik signifikan dalam enam bulan terakhir, saham emiten yang terafiliasi perusahaan pelat merah mengalami kenaikan tertinggi. Emiten tersebut adalah Kimia Farma, Indofarma, serta Phapros yang merupakan anak usaha Kimia Farma. Saham Indofarma naik 423,9%, Kimia Farma 332,6% dan Phapros 70%.

Pergerakan saham farmasi sepanjang tahun ini bisa dilihat pada databoks di bawah ini.

Jika melihat kinerja keuangan Kimia Farma, Indofarma, dan Phapros, pada semester I-2020, sebenarnya tidak terlalu baik. Penjualan Kimia Farma hanya tumbuh 3,8%, bahkan Phapros mengalami penurunan penjualan 17,8%. hanya Indofarma yang menunjukkan peningkatan penjualan yang tinggi, mencapai 23%. Namun, sepanjang enam bulan pertama tahun ini Indofarma mengalami rugi hingga Rp 24,35 miliar.

Analis sektor farmasi PT Henan Putihrai Dwi Astuti mengatakan sebenarnya pemerintah juga merilis regulasi dan kebijakan yang bisa mendorong kinerja industri farmasi. Namun, dengan berbagai kemudahan yang diberikan oleh pemerintah, investor sepertinya melihat perusahaan farmasi negara seperti Kimia Farma dan Indofarma akan lebih diuntungkan.

“Investor perlu berhati-hati, dalam menilai pergerakan saham-saham yang naik signifikan, tapi tidak sejalan dengan kinerja fundamentalnya.

Terdongkrak Pengembangan Vaksin Covid-19

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan lonjakan harga saham emiten farmasi yang terafiliasi BUMN terkait dengan pengembangan vaksin Covid-19 yang digalakan pemerintah. Pengembangan vaksin ini dilakukan oleh holding BUMN farmasi Biofarma.

Ada dua cara yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan vaksin ini, yakni melakukan uji sendiri dan menguji vaksin dari Sinovac, perusahaan asal Tiongkok. Dengan Sinovac progresnya sudah lebih jelas, sudah buat perjanjian. Ada juga vaksin yang dikembangan tim merah-putih dan kerja sama pengembangan dengan Uni Emirat Arab.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement