Investor Saham Tak Menuai Berkah dari Emiten Rumah Sakit saat Pandemi

Safrezi Fitra
18 September 2020, 20:19
emiten rumah sakit, kinerja rumah sakit, saham rumah sakit, keuangan rumah sakit, bursa, saham, bursa efek indonesia, pasar modal, Hermina, Metro healthcare, siloam hospital, omni hospital, mayapada hospital, rumah sakit mitra keluarga
ANTARA FOTO/REUTERS/Pavlo Palamarchuk/hp/dj

Kinerja saham emiten-emiten pengelola rumah sakit di Bursa Efek Indonesia selama enam bulan lebih pandemi Covid-19 menunjukkan tren negatif. Dari tujuh emiten, hanya dua emiten yang pergerakan harga sahamnya menunjukkan tren kenaikan, sisanya turun.

Penurunan jumlah pasien menjadi salah satu penyebab performa emiten rumah sakit kurang baik. Hal ini pun berpengaruh pada kinerja keuangan dan pergerakan sahamnya. Berdasarkan pemantauan Katadata sepanjang pandemi dalam enam bulan terakhir, saham lima emiten turun.

Advertisement

Harga saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) turun 4,4%, PT Royal Prima Tbk (PRIM) 18,7%, dan pengelola rumah sakit OMNI PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) mencatat penurunan 26,87%. Sementara harga saham pengelola rumah sakit Mayapada PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) 32,1% dan PT Siloam Hospital Tbk menurun hingga 32%.

Berbeda dengan PT Medialoka Hermina Tbk (MIKA) naik 7,4%. PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE), emiten rumah sakit yang baru mencatatkan sahamnya di bursa efek pada 13 Maret juga mencatatkan kenaikan harga yang signifikan. Dalam rentang enam bulan ini, harga saham CARE naik hingga 154,7%, dari Rp 139 menjadi Rp 354 per saham.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan pandemi Covid-19 membuat masyarakat takut datang ke rumah sakit. Hal ini yang membuat bisnis rumah sakit turun, diikuti dengan kinerja sahamnya. Dia juga memiliki jawaban kenapa hanya Hermina dan CARE yang harga sahamnya bisa naik, dibandingkan lima emiten lainnya.

Menurutnya, Hermina bisa lebih diminati investor, karena segmen pasarnya berbeda dengan emiten rumah sakit lain. Hermina merupakan rumah sakit ibu dan anak. "Kelahiran, dokter anak, dan kandungan ini selalu dibutuhkan dan memang bukan RS umum konteksnya ini yang membuat HEAL dapat bertahan," ujarnya kepada Katadata.co.id, Jumat (18/9).

 

Sebenarnya dari sisi bisnis, kesehatan merupakan salah satu sektor yang diminati, terlepas dari ada atau tidaknya corona. Sektor ini akan tetap menjadi perhatian pemerintah, terlihat dari anggaran kesehatan negara yang selalu bertambah tiap tahun. Maximilianus melihat sektor kesehatan ini masih akan menjadi salah satu sektor pilihan disamping sektor infras, perbankan, dan kosumer. Ada potensi sektor rumah sakit akan kembali menggeliat tahun depan.

"Apalagi kita masih belum tahu cara vaksin itu didistribusikan. Kalau disalurkan lewat rumah sakit, itu akan menjadi sentimen positif untuk saham-saham rumah sakit. Hal ini yang membuat sampai hari ini, kabar vaksin sangat mempengaruhi investor saham," ujarnya.

Dia memprediksi saham-saham seperti SILO dan MIKA masih menjadi pilihan. Perhatian pemerintah terhadap sektor kesehatan lebih besar setiap tahunnnya. Kalau tahun lalu primadonanya sektor infrastruktur, primadona saat ini adalah kesehatan. Satu hal yang pasti, adanya peningkatan peserta BPJS dan pengguna asuransi menjadi sebuah momen bahwa kesehatan akan kembali dan mendorong sektor rumah sakit terus tumbuh.

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Emiten Rumah Sakit

Meski kinerja sahamnya naik sepanjang masa pandemi, kinerja keuangan Hermina justru turun sepanjang semester I-2020. Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia Agustus lalu, manajemen Hermina mengaku bisnisnya terganggu dengan adanya pendemi Covid-19.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement