Asing Beramai-ramai Jual Saham, Ada Apa dengan BCA?

Safrezi Fitra
21 September 2020, 20:01
bca, asing, djarum, grup djarum, bank grup djarum, bank central asia, saham bca, asing lepas saham bca, asing jual saham bca
Arief Kamaludin (Katadata)
BCA

Dalam sebulan terakhir ini, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalami koreksi 11,24%, menyentuh harga Rp 28.025 per saham pada Senin (21/9). Penurunan ini sejalan dengan langkah investor asing yang melepas saham BBCA dari portofolionya. Nilai jual bersih atau net sell investor asing pada periode ini mencapai Rp 5,09 triliun.

Sebenarnya, aksi investor asing terhadap saham bank milik grup Djarum ini sudah dilakukan lama. Berdasarkan data RTI, asing melepas saham BBCA sejak awal tahun dengan nilai jual bersih Rp 8,04 triliun, baik di pasar reguler maupun non-reguler. Sejak awal 2020, harga saham BCA turun 16,16%.

Advertisement

Penurunan harga sempat dimanfaatkan oleh Santoso, Direktur BCA, untuk mengakumulasi saham perusahaannya. Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Santoso membeli 20 ribu saham BBCA pada 10 September 2020. "Harga pembelian per saham Rp 29.500 per saham," kata Raymon Yonarto Sekretaris Perusahaan Bank BCA, Senin (14/9). 

Transaksi yang dilakukan Santoso mencapai Rp 590 juta. Dengan aksi ini kepemilikan sahamnya di BCA meningkat menjadi 264.583 saham dari sebelumnya 244.593 saham. Setelah pengumuman keterbukaan tersebut, harga saham BCA naik 2,46% menjadi Rp 30.250 per saham.

Aksi jual asing dan melemahnya saham BCA tidak terlepas dari pandemi  corona yang turut mengganggu perekonomian. Dalam sebulan terakhir, kasus Covid-19 di dalam negeri tercatat meningkat drastis. Hal ini yang membuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai 14 September 2020.

Langkah Pemprov DKI ini mendapat penolakan dari beberapa pihak, salah satunya Bos Grup Djarum Budi Hartono. Budi, orang terkaya di Indonesia versi Forbes 2020, mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) sehari setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan PSBB secara penuh kembali. Dalam suratnya tersebut, Budi mengatakan PSBB tidak efektif dan berpotensi melawan keinginan masyarakat yang menghendaki kehidupan new normal.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai kaburnya investor asing dan turunnya harga saham bank yang dimiliki oleh Grup Djarum tidak ada hubungannya dengan sikap Budi Hartono. Lebih jauh lagi, Okie menilai penurunan harga saham BCA ini murni karena proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dari proyeksi.

Saham BCA sejauh ini memiliki bobot yang sangat besar untuk IHSG, dengan kapitalisasi pasar BCA mencapai Rp 690,96 triliun. Nilai ini merupakan yang tertinggi di antara emiten lain di bursa. Karenanya, sebagai emiten besar, bobot dari portofolio investor asing pun juga banyak di saham BCA.

"Jika melihat historis, saham BCA memang selalu diperdagangkan premium di pasar. Sehingga menurut kami, rebalancing portfolio dari investor asing lebih ke antisipasi terhadap sesuatu yang berada di luar skema," kata Okie kepada Katadata.co.id, Senin (21/9).

Menurutnya, saham-saham sektor perbankan bisa menjadi leading performance dan berpotensi menopang kenaikan IHSG. Salah satu yang bisa menopangnya adalah sentimen dari serapan dana program pemilihan ekonomi nasional (PEN) oleh pemerintah.

"Serapan PEN menjadi fokus investor guna melihat seberapa besar dampak dari PEN mampu menopang pertumbuhan ekonomi sebagai dampak dari pandemi ini," kata Okie.

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama juga menilai saham BCA dilepas asing murni karena faktor pandemi Covid-19 yang masih menyelimuti Tanah Air. Terlihat dari penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang turun dan aksi investor asing secara umum di pasar modal.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement