Ekonomi Lesu, Dana Investasi Indofood Baru Terpakai 24%
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (Capex) hingga Rp 8 triliun pada tahun ini. Namun di tengah lesunya perekonomian karena pandemi Covid-19, penyerapan anggaran investasi tersebut baru 24% sepanjang semester I 2020.
Dari total capex tersebut, anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), menganggarkan capex senilai Rp 4,7 triliun. Perusahaan produsen Indomie tersebut, baru menyerap 16% dari yang sudah dianggarkan.
"Sumber pendanaannya itu dari kas perusahaan dan kalau kurang akan dilakukan pinjaman dari bank," kata Direktur Direktur Indofood Thomas Tjhie dalam konferensi pers yang dilakukan secara virtual, Rabu (23/9).
Sebenarnya, di tengah pelemahan ekonomi karena pandemi, Indofood menjadi salah satu perusahaan yang tidak terlalu terpengaruh. Sepanjang semester I 2020, Indofood mampu membukukan laba bersih Rp 2,84 triliun atau tumbuh 11,68% dibanding periode sama tahun lalu. Meski begitu, penjualan neto yang senilai Rp 39,38 triliun, hanya meningkat 2,01% secara tahunan.
"Dampak pandemi ini tidak menunjukkan dampak signifikan, perusahaan akan selalu menunggu ketersediaan barang di pasar dengan mutu yang baik," kata Direktur Indofood Taufik Wiraatmadja pada kesempatan yang sama.
Pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari penjualan menunjukkan keberhasilan Indofood melakukan efisiensi dan menurunkan beban pokok penjualan dari Rp27,24 triliun menjadi Rp 26,90 triliun. Alhasil, laba bruto perusahaan naik 9,85% menjadi Rp 12,47 triliun dari Rp 11,36 triliun.
Sementara anak usahanya yang memproduksi Indomie, ICBP membukukan laba bersih sepanjang Januari-Juni 2020 sebesar Rp 3,37 triliun. Total laba yang berhasil dikantongi itu meroket hingga 31,2% dibandingkan dengan laba bersih pada periode enam bulan pertama tahun lalu yang senilai Rp 2,57 triliun.
Peningkatan tersebut ditopang oleh naiknya penjualan neto ICBP sepanjang semester I 2020 yaitu Rp 23,04 triliun atau naik 4,14% dari Rp 22,13 triliun. Meski begitu, beban pokok penjualan tercatat senilai Rp 14,71 triliun atau naik tipis 0,67% dari Rp 14,61 triliun.
Ekspansi ke Luar Negeri
Indofood berencana untuk mengembangkan sayapnya ke pasar internasional, sejalan dengan selesainya akuisisi Pinehill Company Limited melalui ICBP. Sayangnya, Thomas belum mau menyebutkan lebih detail terkait detail dari ekspansi internasional ini.
"Dengan diakuisisinya pinehill yang beroperasi di luar Indonesia, pengembangan akan terus dilakukan melalui Pinehill. Mengenai negara mana, nanti akan diberitahukan lebih lanjut," kata Thomas.
Pinehill tercatat memiliki kepemilikan sebesar 59% atas Pinehill Arabia Food Limited, yang berbasis di Arab Saudi. Bisnis utama Pinehill Arabia adalah memproduksi mi instan.
Pinehill Company Limited juga memiliki 100% kepemilikan atas Platinum Stream Profits Limited, yang memiliki kepemilikan 48,99% pada Dufil Prima Foods Plc. Perusahaan ini memiliki bisnis utama produksi mi instan di Nigeria dan Ghana.
Kepemilikan Pinehill Company Limited juga terdapat pada Salim Wazaran Group Limited, sebesar 59%. Perusahaan ini diketahui memiliki penyertaan langsung dan tidak langsung paling sedikit 80% pada beberapa perusahaan mie instan di Mesir, Kenya, Maroko, dan Serbia.
Karena proses akuisisinya baru selesai pada 27 Agustus 2020 lalu, Thomas memperkirakan, kontribusi Pinehill terhadap kinerja pendapatan perusahaan untuk tahun ini, masih sangat kecil. "Kontribusinya terhadap penjualan masih belum begitu besar karena hanya 4 bulan operasional Pinehill yang dikonsolidasi," katanya.
Berdasarkan laporan keuangan Indofood sepanjang semester I 2020, tercatat memiliki utang jangka pendek kepada bank senilai Rp 16,4 triliun. Manajemen Indofood mengatakan pengambilan utang jangka pendek ini merupakan strategi perusahaan untuk mendapatkan tingkat bunga yang murah.
"Memang untuk mendapatkan suku bunga yang lebih murah, kami memang mengambil utang jangka pendek dan itu akan dilakukan otomatis roll over," katanya.