Obligasi Terancam Ditolak Investor, Peringkat Alam Sutera Kena Pangkas

Image title
2 Oktober 2020, 19:34
Alam sutera, saham, obligasi, bursa, fitch rating, moodys, bursa efek indonesia
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Bursa Efek Indonesia

Dua lembaga pemeringkat internasional, Moody’s Investor Service dan Fitch Ratings, kompak menurunkan peringkat obligasi PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI). Obligasi yang diterbitkan oleh anak usahanya, Alam Synergy Pte. Ltd memiliki dua seri yang masing-masing jatuh tempo pada April 2021 dan April 2022.

Obligasi yang jatuh tempo April 2021 memiliki sisa pokok US$ 115 juta atau setara Rp 1,71 triliun (kurs (Rp 14.893/US$) dengan tingkat bunga 11,5%. Sementara obligasi yang jatuh tempo April 2022 memiliki sisa nilai US$ 370 juta atau setara Rp 5,51 triliun dengan bunga 6,625%.

Kedua lembaga itu memangkas peringkat sejalan dengan rencana perusahaan yang ingin menukar obligasi itu dengan obligasi baru. Obligasi baru terdiri dari dua seri yang masing-masing jatuh tempo pada 2024 dan 2025. Total nilai surat baru ini sebanyak-banyaknya US$ 485 juta atau Rp 7,22 triliun dengan tingkat bunga maksimal 13% per tahun.

Alam Sutera berencana merestrukturisasi obligasi yang jatuh tempo April 2021 dengan obligasi 2024. Sementara, obligasi yang jatuh tempo pada April 2022, menggunakan 25% dana dari obligasi 2024 dan 75% menggunakan obligasi 2025.

Moody's menurunkan peringkat kedua obligasi lama Alam Sutera dari Caa1 menjadi Caa3 sembari terus meninjau peringkat ini untuk pemangkasan lebih lanjut. Selain itu, Moody's juga memberikan peringkat (P) Caa1 untuk obligasi baru Alam Sutera.

Sementara, Fitch menurunkan peringkat obligasi lama Alam Sutera dari CCC- menjadi C. Bahkan, Fitch menurunkan peringkat utang Alam Sutera dari CCC- menjadi C. 

Moody’s Vice President and Senior Credit Officer Jacintha Poh mengatakan, penurunan ini mencerminkan kemungkinan pemegang obligasi lama tidak setuju untuk direstrukturisasi. Pasalnya, penawaran pertukaran obligasi ini, hanya akan berhasil jika 85% dari pemegang obligasi 2021 dan 2022 memilih untuk berpartisipasi.

"Risiko refinancing meningkat pada obligasi 2021 karena perusahaan bergantung pada pendanaan eksternal tetapi tidak dapat mengamankan komitmen dana untuk memenuhi jatuh tempo utang," kata Jacintha Poh melalui rilis yang dikutip Jumat (2/10).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...