Aset Merger Bank Syariah BUMN Rp 225 T, Jadi Bank Terbesar ke-7 di RI

Image title
13 Oktober 2020, 18:49
BRI, bri syariah, merger bank syariah bumn, merger bank bumn, syariah, kementerian bumn, erick thohir, bri syariah jadi bank survivor, mandiri syariah, syariah mandiri, bni syariah, syariahbank mandiri, bni, bank bni, bank syariah
Arief Kamaludin|KATADATA

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mengkonsolidasikan perbankan syariah melalui skema merger pada Februari 2021 mendatang. Terdapat tiga bank syariah yang bakal digabung yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah.

Bank syariah hasil merger tersebut berpotensi besar menempati posisi nomor 7 atau 8 sebagai bank dengan aset terbesar di dalam negeri. "Kalau nanti bank ini selesai proses hukum mergernya di triwulan I-2021, akan memiliki total aset sekitar Rp 220-225 triliun," kata Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi dalam konferensi pers, Selasa (13/10).

Advertisement

Sebagai gambaran, bank dengan aset terbesar di Indonesia saat ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Di bawahnya berurut-turut adalah Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank CIMB Niaga. Sedangkan peringkat ke-7 Bank OCBC NISP dengan total aset Rp 182 triliun per akhir Juni 2020. 

Sementara itu, total aset merger bank BUMN syariah yang nama barunya belum diputuskan tersebut diproyeksi mencapai Rp 390 triliun pada 2025 mendatang. Target lainnya adalah pembiayaan yang disalurkan diproyeksi mencapai Rp 272 triliun dan pendanaan sekitar Rp 335 triliun pada 2025.

"Ini rencana dengan asumsi pertumbuhan yang konservatif kami buat. Apalagi di tengah pandemi Covid-19, pertumbuhan bisnis syariah lebih baik dibandingkan pertumbuhan bank konvensional," ujarnya.

Saat ini proses merger baru berada pada tahap awal, yaitu penandatanganan perjanjian penggabungan bersyarat (Conditional Merger Agreement/CMA). Mengenai skema rencana merger akan disampaikan ke publik sekitar 20 Oktober 2020 mendatang. Makanya, Hery belum bisa menjelaskan lebih detail soal rencana merger ini.

Setelah itu, proses merger ini akan masuk ke tahap perizinan kepada regulator yang dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK), baik bidang pasar modal maupun perbankan. Sehingga diharapkan pada Februari 2021 mendatang, sudah bisa terjadi legal merger. "Saat legal merger itu sebetulnya penggabungan secara resmi terjadi," kata Hery.

Usai merger, bank syariah ini akan memiliki produk dari pembiayaan kepada sektor konsumer, retail, usaha mikro, kecil, dan menengah, dan juga bisnis wholesale. Diharapkan dengan merger ini, bank syariah baru akan mampu mendapat dukungan kemampuan teknologi yang baik dan handal. Terlebih, total kantor cabang yang tersebar mencapai 1.200 cabang di seluruh Indonesia.

Hery menjelaskan selama ini ada sektor bisnis yang sebelumnya belum bisa digarap oleh bank-bank syariah BUMN, jika tidak melakukan merger, yaitu bisnis wholesale. Bisnis ini sebenarnya memiliki potensi besar.

Dengan merger, juga akan terbuka penerbitan sukuk global dengan target market negara-negara potensial di Timur Tengah. Apalagi, potensi perusahaan Indonesia untuk menerbitkan sukuk global juga sangat besar.

Bank hasil merger ini dinilai punya kemampuan membantu menyiapkan penerbitan sukuk berskala global dan juga produk-produk pendanaan syariah secara global lainnya yang target penjualannya di negara-negara Timur Tengah.

"Itu akan menjadi salah satu tumpuan bisnis bank baru. Jadi, tidak hanya di konsumer dan ritel, kami juga perkuat dari sisi produk wholesale, baik lokal maupun internasional," kata Hery.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement