Mitratel Bersolek Jelang IPO: Borong Menara Telkomsel Rp 10,3 Triliun
Anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) menandatangani perjanjian jual beli bersyarat (Conditional Sale and Purchase Agreement/CSPA) dengan anak usaha Telkom lainnya, PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel). Mitratel akan membeli 6.050 menara telekomunikasi milik Telkomsel senilai Rp 10,3 triliun.
VP Investor Relations Telkom Indonesia Andi Setiawan mengungkapkan perjanjian jual beli ini telah ditandatangani kedua perusahaan pada 14 Oktober lalu. "Transaksi ini adalah bagian dari penataan portofolio bisnis Telkom untuk menciptakan value yang optimal bagi pemegang saham," ujarnya seperti dikutip dalam keterbukaan informasi di website Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (16/10).
Dengan melepas ribuan menara, Telkom akan memfokuskan Telkomsel ke bisnis utamanya sebagai penyedia layanan telekomunikasi digital. Telkomsel akan didorong untuk lebih membangun ekosistem digital dan memberikan pengalaman konektivitas digital yang terbaik bagi pelanggannya.
Sedangkan bagi Mitratel, pembelian menara telekomunikasi ini akan memperkuat fundamental bisnis dan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan tersebut. Andi juga mengatakan transaksi ini akan membantu Mitratel merealisasikan rencana jangka panjangnya.
Dengan pembelian ini, nantinya Mitratel akan memiliki lebih dari 22 ribu menara telekomunikasi. Dalam paparan publik Telkom akhir Agustus lalu, disebutkan Mitratel telah mengakuisisi 3.100 menara sepanjang 2019.
Analis RHB Sekuritas Indonesia Michael W Setjoadi dan Marco Antonius menilai transaksi ini sebenarnya relatif mahal dibandingkan dengan rata-rata harga sewa menara senilai Rp 1 miliar per penyewa di pasar. Namun, sangat tergantung kesepakatan tarif sewa kembali dengan Telkomsel jika ada
"Ini adalah bagian dari rencana Telkom untuk mengkonsolidasikan rencana initial public offering (IPO) Mitratel yang akan datang," kata mereka dalam riset, Jumat (16/10). IPO Mitratel ini diprediksi akan meningkatkan valuasi Telkom.
RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli pada saham Telkom dengan target harga Rp 4.000 per saham. Sayangnya setelah diumumkan adanya perjanjian jual-beli ini, saham Telkom di pasar saham ditutup turun 1,08% menyentuh harga Rp 2.750 per saham.
Mitratel adalah salah satu dari 11 anak perusahaan dari Telkom. Bisnis Mitratel bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi. Sampai saat ini Mitratel telah mengelola menara telekomunikasi yang tersebar di berbagai wilayah dan melayani semua operator seluler di Indonesia.
Rencana IPO Mitratel
Telkom yang saat ini masih memegang 100% kepemilikan Mitratel, rencananya akan melepas sebagian sahamnya. Mitratel akan segera melantai di pasar modal melalui penawaran umum perdana sahamnya ke publik atau initial public offering (IPO). Rencana ini telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagai pemegang saham mayoritas Telkom.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo IPO anak usaha Telkom tersebut merupakan bagian dari program Kementerian BUMN untuk meningkatkan atau menciptakan nilai perusahaan BUMN (value creation). Meski begitu, hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai kapan dan berapa target dana yang akan dihimpun dari IPO Mitratel.
Rencana Telkom membawa Mitratel mencari pendanaan melalui pasar modal sebenarnya sudah beberapa kali muncul dalam 10 tahun terakhir. Pada 2010, Telkom sempat menargetkan Mitratel bisa IPO sebelum 2013 sambil menunggu pengalihan menara Telkomsel. Namun, rencana ini tak kunjung terealisasi.
Pada 2016 kabar IPO kembali mencuat setelah Mitratel batal melakukan tukar guling saham atau share swap dengan perusahaan menara lainnya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Tahun lalu pun kabar ini sempat muncul kembali saat Mitratel akan membeli 2.100 menara dari PT Indosat Tbk (ISAT).
Kini, wacana IPO Mitratel sampai mencuri perhatian lembaga keuangan asal Amerika Serikat, JP Morgan, yang mengestimasikan nilai perusahaan tersebut. “Kami memperkirakan enterprise value [EV] Mitratel sekitar US$2,3 miliar—US$3,9 miliar dalam potensi skenario IPO,” tulis Tim Analis J.P. Morgan dalam risetnya, Selasa (29/9), seperti dikutip Bisnis.com.
JP Morgan bahkan sudah memperkirakan sebelum IPO, Telkom akan mengalihkan 20-80% menara Telkomsel kepada Mitratel. Telkom memiliki 33.500 menara yang dipegang oleh Mitratel (16 ribu) dan Telkomsel (17.500). Dengan pengalihan aset menara ini JP Morgan menghitung pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan penyusuta (EBITDA) Mitratel berada di kisaran US$ 240-324 juta, atau sekitar Rp 3,5-4,7 triliun.
“Menjelang IPO potensial Mitratel, kami pikir Telkom Indonesia akan mentransfer portofolio menara dari Telkomsel ke Mitratel untuk mendapatkan keuntungan dari arbitrase relatif ganda dan untuk mengkristalkan nilai kumpulan aset yang lebih besar,” ujar J.P. Morgan.
Tim Analis J.P. Morgan berpandangan IPO Mitratel akan menguntungkan Telkom seiring dengan kristalisasi nilai portofolio menara perseroan. Selain itu, hasil IPO akan mendukung dividen perusahaan telekomunikasi milik negara tersebut. TLKM mendapatkan rekomendasi overweight dari J.P. Morgan. Target harga saham perseroan berada di level Rp 3.750.