Sejumlah Potensi di Balik Skema Merger Bank Syariah BUMN

Safrezi Fitra
16 Oktober 2020, 14:13
bri, bank mandiri, bni, bank syariah mandiri, bni syariah, bri syariah, merger bank syariah, merger bank syariah bumn, syariah, bank syariah, bri syariah right issue, bri syariah terbitkan saham baru, perbankan, merger
Aleksandr Khakimullin/123rf

Tiga bank BUMN sepakat menggabungkan anak usaha bank syariah masing-masing menjadi satu entitas. PT Bank Syariah Mandiri dan PT BNI Syariah akan melebur ke PT BRI Syariah Tbk (BRIS) sebagai entitas penerima.

Wakil Direktur Bank Mandiri Hery Gunardi mengungkapkan alasan BRI Syariah menjadi entitas yang menerima penggabungan karena anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ini merupakan satu-satunya bank syariah BUMN yang melantai di pasar modal.

Advertisement

BRI Syariah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau initial public offering (IPO) pada 9 Mei 2018 lalu. Saat itu BRI Syariah melepas 2,62 miliar unit saham baru ke publik dan mampu meraup dana Rp 1,34 triliun dari IPO tersebut.

"Survival dan cangkangnya kami pakai BRI Syariah. Jadi, untuk proses menggabungkan nanti, proses legal merger itu lebih mudah," kata Hery, saat mengumumkan kesepakatan merger ini, Senin (13/10).

Meski begitu, dia belum bisa menjelaskan detail skema yang akan digunakan dalam proses merger ini. Saat ini 73% saham BRI Syariah dimiliki oleh induk usahanya, yakni BRI. Kemudian 8,53% dimiliki DPLK BRI Saham Syariah dan sisanya dipegang oleh masyarakat sebanyak 18,47%.

"Pemegang saham BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri akan menjadi pemegang saham entitas yang menerima penggabungan," seperti dikutip dalam keterbukaan informasi BRI Syariah (13/10).

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan peluang dari proses akusisi tersebut melalui penerbitan saham baru atau rights issue cukup besar. Jika opsi ini yang menjadi pilihan dalam proses merger, tentu likuiditas BRI Syariah akan menjadi menarik bagi pelaku pasar. 

"Jumlah saham beredar BRI Syariah dapat lebih besar," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (14/10). 

Jika dilihat dari modal intinya, BRI Syariah memang lebih kecil dari dua bank lainnya. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total modal inti dari ketiga bank ini mencapai Rp 19,7 triliun per Juni 2020. Porsi BRI Syariah hanya 25,7%, BNI Syariah 26,3%, dan yang paling besar Bank Syariah Mandiri 47,9%.

Kemungkinan melakukan penambahan saham akan dilakukan dengan terlebih dahulu meminta persetujuan pemegang saham. Kebetulan, sehari setelah menyatakan akan menjadi entitas penerima merger, BRI Syariah mengumumkan rencana Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Rencananya RUPSLB akan digelar pada 5 November 2020.

Menurut Senior Vice President Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial, opsi yang paling mungkin dilakukan dalam skema merger ini adalah rights issue. BRI Syariah akan menerbitkan saham baru yang akan diserap oleh Bank Mandiri dan BNI.

"Tapi kemungkinan besar pemegang saham BRI Syariah (saat ini) akan terdilusi oleh Bank Mandiri dan BNI," ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (13/10).

Saat ini total aset dan laba BRI Syariah merupakan yang paling kecil di antara ketiga bank yang akan di-merger. Dengan kondisi ini, pemegang saham BRI Syariah akan mendapat porsi saham paling kecil dibandingkan Bank Mandiri dan BNI.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement