Gerak Saham Emiten Rokok Menanti Besaran Kenaikan Tarif Cukai 2021

Safrezi Fitra
22 Oktober 2020, 06:00
rokok, saham, saham emiten rokok, saham rokok, bursa, gudang garam, wismilak, hm sampoerna, sampoerna, hmsp, wiim, ggrm, indonesian tobaco, itic, bentoel, rmba, cukai, cukai rokok, tembakau
Donang Wahyu|KATADATA
Rokok

Mayoritas saham emiten rokok jatuh dalam beberapa hari terakhir. Beberapa sentiment negatif mempengaruhi kinerja saham emiten ini. Investor pun menunggu kepastian mengenai besaran kenaikan tarif cukai yang akan ditetapkan pemerintah untuk tahun depan.

Sejak 12 Oktober sampai penutupan perdagangan 21 Oktober harga saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sudah turun 8,13%, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) 9,3% dan PT Indonesian Tobaco Tbk (ITIC) 4,7%. Sementara dua emiten lain PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) tercatat naik.

Advertisement

Penurunan sudah terjadi pada penutupan perdagangan awal pekan. Saham Gudang Garam turun 1,9%, HM Sampoerna turun 1,6%. Saat itu Kementerian Keuangan mengelar konferensi pers virtual mengenai penerimaan cukai. Kementerian juga kembali menyampaikan rencana kenaikan cukai tahun depan.

Keesokan harinya, saham kedua emiten rokok ini kembali turun lebih dari 5% pada perdagangan Selasa (20/10). Gudang Garam mencatatkan penurunan terdalam, 5,86% ke level Rp 40.550 per saham. Kemudian disusul HM Sampoerna yang terkoreksi 5,67% menjadi Rp 1.415 per saham dan Wismilak 5,21% ke level Rp 364 per saham. Sedangkan saham Bentoel International stagnan di posisi Rp 370 per saham.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan pasar masih menunggu kepastian pemerintah mengumumkan kebijakan cukai rokok. Pemerintah memang sudah memastikan akan menaikkan tarif cukai tahun depan, tapi besarannya belum diumumkan. "ini tetap menjadi sentimen negatif," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (21/10).

Hingga kini pemerintah memang belum memutuskan berapa kenaikan tarif cukai. Kementerian Keuangan masih menghitung berapa besaran tarifnya. Biasanya, pemerintah mengumumkan besaran kenaikan tarif cukai rokok pada September atau Oktober setiap tahunnya. Kabarnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani pun belum melaporkan besaran tarif cukai rokok tahun depan kepada Presiden Joko Widodo.

Buruh Linting Pabrik Rokok
Buruh Linting Pabrik Rokok (ANTARA FOTO/DESTYAN SUJARWOKO)

Direktur Jenderal (Dirjen) Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi mengaku masih membutuhkan waktu untuk menentukan tarif cukai rokok 2021. Apalagi dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 telah memberikan pukulan berat kepada pabrik-pabrik rokok.

Menurutnya, pemerintah akan menentukan tarif cukai rokok 2021 yang ideal bagi pelaku usaha dan efektivitasnya untuk menurunkan tingkat prevalensi perokok usia muda. “Ini yang membuat kami perlu kehati-hatian dan tambahan waktu,” ujarnya dalam konferensi pers APBN Laporan Periode Realisasi September, Senin (19/10).

William memprediksi gerak saham emiten rokok akan menurun setelah pemerintah mengumumkan besaran kenaikan tarifnya. Banyak yang memprediksi kenaikan tarif cukai rokok bisa melebihi 8%. Prediksi ini mengacu pernyataan pemerintah mengenai formula kenaikan tarif cukai mengikuti pertumbuhan ekonomi ditambah inflasi.

Meski dalam jangka pendek akan penurunan harga saham emiten rokok menurun, saham sektor ini bisa menjadi peluang investasi dalam jangka panjang. "Kalau soal kinerjanya, mungkin kenaikan cukai bisa menurunkan penjualan, karena harga rokok bertambah mahal. Tapi kalau melihat fakta perokok kan tetap selalu ada," ujarnya.

Sementara menurut Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya, penurunan saham emiten-emiten rokok disebabkan pemulihan ekonomi yang berjalan lambat. "Meski pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta telah kembali ke masa PSBB transisi, pemulihan volume penjualan rokok masih didorong oleh mayoritas perokok yang membeli rokok per batang," ucap Christine dalam risetnya, Selasa (20/10).

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement