Kinerja Kinclong Antam dan Vale yang Jadi Jawara Kelompok Saham LQ45

Safrezi Fitra
3 November 2020, 07:38
vale, inco, antam, antm, aneka tambang, saham pertambangan mineral, prospek saham pertambangan, indeks lq45, index lq45, lq45, antam dan vale jawara LQ45, laba antam, laba vale, laba inco, nikel, emas
Aleksandr Khakimullin/123rf

PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menjadi emiten yang kinerja sahamnya paling menguntungkan dalam indeks LQ45 sepanjang tahun ini. Tak hanya saham, kinerja operasional dan keuangannya juga cukup baik di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Sepanjang Januari hingga awal November 2020 (year to date), pergerakan indeks LQ45 turun hingga 22,05% ke level 788,60. Di antara 45 emiten yang dalam indeks ini, hanya delapan yang harga sahamnya naik.

Tiga dari delapan emiten tersebut adalah emiten sektor pertambangan mineral yang terkait dengan emas dan nikel. Ketiga saham emiten tersebut adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang naik hingga 69,72%, Antam sebesar 30,95% dan Vale Indonesia 17,96%.  

Adapun, berdasarkan data Investing.com pada 2 November 2020, Vale dan Antam merupakan Top Gainers di urutan pertama dan kedua dalam daftar saham indeks LQ45.

Lonjakan harga saham Antam dan Vale tersebut sejalan dengan kinclongnya kinerja keuangan mereka. Adapun, Merdeka Copper Gold belum melansir kinerja keuangan terbarunya.

Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu melihat kenaikan harga saham Antam dan Vale sepanjang tahun ini merupakan efek dari pemberitaan media mengenai rencana Indonesia membentuk industri baterai di dalam negeri. Dari sisi waktunya, rencana pembentukan holding baterai ini akan lebih dekat terealisasi.

CEO Mind ID (Inalum) Orias Petrus Moedak pernah mengatakan Antam, Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Pertamina akan membentuk perusahaan ventura baru bernama Indonesia Battery Holding. Perusahaan ini akan mengoperasikan pembangkit baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).

Perusahaan ini diperkirakan bernilai sekitar US$ 12 miliar. Proyek ini didukung oleh Antam yang saat ini sedang mengerjakan smelter nikel kelas baterai dan smelter tungku listrik dengan nilai perkiraan US$ 5 miliar.

Kenaikan harga nickel global cukup mendorong kenaikan harga saham Vale Indonesia. Penguatan harga komoditas ini juga mendongkrak kinerja operasinal dan keuangan Vale. Hal ini terlihat dari laporan keuangan Vale pada kuartal III yang menunjukkan pertumbuhan signifikan.

"Hingga akhir tahun, harga saham ANTM dan INCO kami perkirakan masih dalam uptrend (penguatan)," kata Dessy kepada Katadata.co.id.

Menurutnya, saat ini industri nikel juga menjadi sorotan investor sebagai alternatif industri pertambangan berikutnya. Apalagi Indonesia mampu menyumbang 24% pasokan nikel dunia. Penyerapannya nikel diperkirakan akan meningkat seiring pertumbuhan smelter-smelter di Indonesia. Ini akan menjadi sentiment positif saham Antam dan Vale masih akan naik.

Tak hanya kinerja saham, di tengah situasi pandemi Covid-19 dan ketidakpastian perekonomian dunia, profitabilitas Antam dan Vale masih bisa tumbuh signifikan. Harga emas dan nikel yang naik menjadi salah satu faktor yang membuat kinerja kedua perusahaan ini semakin baik.

Laba Vale Indonesia Naik 47.800%

Sepanjang sembilan bulan tahun ini, produksi nikel Vale Indonesia mencapai 55,79 ton. Pada periode yang sama tahun lalu, produksinya hanya 50,53 ton. Peningkatan produksi berjalan seiring dengan naiknya harga nikel dunia.

Hingga kuartal III tahun ini, pendapatan Vale tercatat nai 12,7% menjadi US$ 571,02 juta, atau sekitar Rp 8,53 triliun. Bahkan, laba bersihnya melesat hingga 47.800% menjadi US$ 76,64 juta, dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 160.000.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...