Dua Maskapai Penerbangan Rugi Triliunan Rupiah Akibat Pandemi Covid-19

Image title
9 November 2020, 12:51
penerbangan, maskapai penerbangan, garuda indonesia, air asia, airasia, garuda rugi, air asia rugi, airasia rugi, maskapai penerbangan merugi, pendapatan maskapai anjlok, penerbangan sepi, penerbangan terdampak covid-19
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Sejumlah pesawat udara berada di apron dan landasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Pandemi Covid-19 telah berdampak pada kinerja maskapai penerbangan. Dua emiten maskapai penerbangan, PT Air Asia Indonesia Tbk dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan penurunan pendapatan, bahkan rugi hingga triliunan rupiah di kuartal III 2020.

Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan Garuda anjlok hingga 67,84% dan AirAsia 71,0%. Laba bersih kedua perusahaan yang berhasil diperoleh pada kuartal III tahun lalu berbalik menjadi rugi bersih sepanjang sembilan bulan tahun ini.   

Advertisement

PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) harus menanggung kerugian hingga Rp 1,71 triliun hingga triwulan III 2020 di tengah pandemi Covid-19. Raihan tersebut berbanding terbalik dengan laba Rp 422,05 juta pada periode sama tahun lalu.

Manajemen AirAsia mengatakan sejak awal 2020 kegiatan usaha perusahaan telah dan mungkin terus dipengaruhi penyebaran Covid-19. "Perpanjangan penyebaran wabah dapat berdampak fatal pada perekonomian Indonesia dan perusahaan," kata manajemen dalam laporan keuangan AirAsia.

Menurut AirAsia, keharusan melakukan pembatasan sosial serta pembatasan perjalanan diperkirakan akan mengakibatkan penurunan yang signifikan dalam pasar perjalanan udara. Pada saat ini, masih terdapat ketidakpastian atas waktu pemulihan industri penerbangan.

Hal tersebut memang terlihat pada pendapatan usaha AirAsia yang hanya mampu meraup Rp 1,39 triliun pada triwulan III 2020. Angka turun drastis hingga 71,07% dibandingkan dengan pendapatan usaha AirAsia pada periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 4,82 triliun.

Penurunan pendapatan disebabkan penerbangan berjadwal dari penumpang yang hanya Rp 1,13 triliun atau turun hingga 71,53% secara tahunan. Penurunan jumlah penumpang berpengaruh pada pendapatan bagasi yang hanya Rp 129,39 miliar, turun 75,65% secara tahunan.

Bisnis penerbangan berjadwal AirAsia pada triwulan III 2020 juga disokong pendapatan dari kargo. Masalahnya, pendapatan dari bisnis ini juga turun 19,91% menjadi Rp 43,06 miliar. 19,91% secara tahunan. Dari bisnis ground handling, juga turun 48,96% menjadi Rp 23,47 miliar.

Anjloknya total pendapatan usaha AirAsia tersebut membuat perusahaan mengalami rugi usaha senilai Rp 2,05 triliun hingga triwulan III 2020, berbanding dengan laba usaha Rp 64,33 miliar. Sebab, total beban usaha perusahaan yang menggerus profitabilitas pada triwulan III 2020 mencapai Rp 3,45 triliun, meski turun 27,45% secara tahunan dari Rp 4,76 triliun.

Memang penurunan pendapatan juga diikuti penurunan beban biaya yang ditanggung perusahaan di hampir semua pos. Namun, penurunannya tidak setinggi pendapatan. Biaya bahan bakar turun hingga 47,34% menjadi Rp 968,57 miliar pada akhir September 2020. Bahkan, AirAsia tidak mencatat adanya beban sewa pesawat hingga triwulan III 2020, dibanding periode sama tahun lalu senilai Rp 533,5 miliar.

Penurunan juga terjadi pada pos perbaikan dan perawatan pesawat sebesar 48,18% menjadi Rp 400,91 miliar. Beban pelayanan pesawat dan penerbangan AirAsia pun hanya Rp 245,86 miliar, turun 56,59%

Manajemen AirAsia menyatakan akan terus memonitor perkembangan situasi terkait Covid-19. Dalam rangka mengantisipasi terjadinya efek yang merugikan kinerja keuangan, manajemen mengimplementasikan berbagai rencana strategi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement