Potret Emiten Rokok di Tengah Pandemi Covid-19 dan Kenaikan Cukai

Image title
19 November 2020, 15:59
rokok, sampoerna, gudang garam, bentoel, wismilak, ggrm, hmsp, rmba, wiim, cukai rokok, saham, kinerja industri rokok, produksi rokok, industri rokok, cukai, penjualan rokok, laba rokok
Donang Wahyu|KATADATA
Rokok

Perusahaan rokok dalam negeri mengalami tekanan di tengah pandemi Covid-19 dan kenaikan tarif cukai tahun ini, meski ada yang mendulang keuntungan. Di antara beberapa emiten rokok yang ada di pasar saham, siapa untung dan siapa buntung?

Katadata.co.id membandingkan kinerja keuangan periode sembilan bulan yang berakhir September 2020 dari empat emiten rokok. Pertimbangannya, empat emiten rokok ini memiliki kapitalisasi pasar paling besar. Kapitalisasi pasar perusahaan rokok terbesar adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) yang mencapai Rp 179,71 triliun hingga perdagangan sesi pertama di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (19/11).

Advertisement

Kemudian PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencapai Rp 86,1 triliun pada saat yang sama. Nilai kapitalisasi pasar PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) tercatat mencapai Rp 13,98 triliun. Sedangkan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) senilai Rp 1,19 triliun.

Di antara keempat perusahaan tersebut, Gudang Garam mengantongi pendapatan yang paling besar pada triwulan III 2020 dengan nilai Rp 83,37 triliun, tumbuh 2,02% dari periode yang sama tahun lalu. Raihan tersebut, lebih tinggi dibandingkan pesaing terdekatnya yaitu HM Sampoerna yang hanya Rp 67,77 triliun, turun 12,55% secara tahunan.

Penjualan Bentoel mengalami penurunan hingga 28,07% menjadi Rp 10,41 triliun. Sementara, penjualan Wismilak menjadi anomali karena tercatat meroket hingga 38,03% menjadi Rp 1,39 triliun.

Data penjualan rokok masing-masing perusahaan memang berbeda, ada yang mengalami kenaikan, namun ada yang turun. Meski begitu, penjualan pada segmen rokok sigaret kretek tangan (SKT) oleh tiga perusahaan di atas, kompak mengalami peningkatan.

HM Sampoerna yang secara total penjualannya mengalami penurunan, namun, segmen rokok sigaret kretek tangan penjualannya mengalami peningkatan hingga 9,76% menjadi Rp 15,36 triliun. Produk dari segmen SKT yang dipasarkan oleh perusahaan yaitu Dji Sam Soe dan Sampoerna Hijau.

Penjualan rokok segmen SKT Gudang Garam juga naik hingga 10,04% menjadi Rp 6,37 triliun. Beberapa merek yang masuk dalam kategori SKT milik Gudang Garam di antaranya seri Gudang Garam Merah, Sriwedari, Djaja, dan Patra.

Wismilak, mampu mengantongi penjualan pada segmen SKT mencapai Rp 334,49 miliar pada triwulan III 2020, naik 18,64% secara tahunan. Beberapa merek pada produk segmen SKT milik Wismilak seperti Galan Kretek, Wismilak Spesial, Wismilak Slim, dan Wismilak Satya.

Dari keempat emiten rokok, hanya Wismilak yang berhasil mencatatkan kenaikan laba. HM Sampoerna yang penjualannya mengalami penurunan juga hanya mengantongi laba bersih senilai Rp 6,91 triliun pada sembilan bulan tahun ini. Catatan tersebut, mengalami penurunan hingga 32,25%.

Laba bersih Gudang Garam juga turun 22,04% menjadi Rp 5,64 triliun. Bahkan, Bentoel mencatatkan rugi bersih Rp 563,86 miliar pada triwulan III 2020, berbanding terbalik dari periode sama tahun lalu yang membukukan laba bersih Rp 11,25 miliar.

Penurunan laba bersih Gudang Garam, salah satunya disebabkan oleh biaya pokok penjualan yang mengalami kenaikan 6,68% secara tahunan menjadi Rp 70,39 triliun. Manajemen Gudang Garam pernah menyampaikan, profitabilitas Gudang Garam tahun ini bakal tergerus seiring dengan kenaikan cukai yang diterapkan pemerintah.

Salah satu komponen yang membentuk biaya pokok penjualan yaitu biaya pita cukai, PPN, dan pajak rokok. Dalam sembilan bulan tahun ini Gudang Garam menanggung biaya tersebut hingga Rp 58,53 triliun, naik 14,91% secara tahunan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement