Airlangga Prediksi IHSG Tahun Ini Bisa Cetak Rekor Baru ke Level 7.000
Indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang 2020 tercatat mengalami penurunan 5,09% dan berada sedikit di bawah level 6.000. Meski begitu, pemerintah memperkirakan IHSG pada akhir 2021 bisa menembus level 7.000, tertinggi sepanjang masa.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan IHSG tahun lalu sebenarnya sudah sempat menyentuh level 6.165. Meski akhir tahun ditutup lebih rendah, Airlangga menilai level tersebut sudah mendekati level sebelum adanya krisis akibat pandemi Covid-19.
"IHSG diprediksi bisa mencapai 6.800 ataupun 7.000 di akhir Desember 2021," kata Airlangga dalam sambutan pembukaan perdagangan perdana pasar modal di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (4/12).
Ia mengatakan, optimisme tersebut timbul karena kenaikan pasar modal sejalan dengan turunnya risiko ketidakpastian di pasar keuangan global. "Bisa dilihat dari volatility index dan credit default sudah semakin membaik," kata Airlangga.
Bank Dunia pun memprediksi perekonomian global bisa kembali bangkit dari krisis yang dialami tahun lalu karena keterbatasan aktivitas. Tahun ini, proyeksi pertumbuhan ekonomi global bisa tumbuh 4,2% hingga 5,2%. Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh 4,4%.
Optimisme pemerintah dalam memprediksi laju IHSG pada tahun ini, juga sejalan dengan analis-analis yang optimis tahun ini menjadi tahun kebangkitan pasar modal. Pasalnya, beberapa analis memprediksi IHSG akhir tahun bisa di atas level tertinggi sepanjang masa yaitu 6.689 pada 19 Februari 2018.
Misalnya, PT Mandiri Sekuritas yang memproyeksi IHSG pada 2021 mampu menembus level 6.850 secara konservatif. proyeksi level tersebut berdasarkan pertimbangan pertumbuhan laba per saham (earnings per share/EPS) yang mampu tumbuh 30% pada tahun depan.
Bukan tidak mungkin, IHSG bisa menembus level yang lebih tinggi, dengan asumsi pertumbuhan EPS mencapai 40%. "Kalau untuk upside skenario, indeks target di kisaran 7.300," kata Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer pada Selasa (22/12).
Salah satu pendorong bertumbuhnya indeks pasar modal dalam negeri, yaitu ketepatan waktu distribusi vaksin Covid-19. Menurutnya, jika distribusi vaksin bisa dipercepat dari jadwal, bisa memberikan kepastian pemulihan ekonomi dalam negeri kepada investor.
Apalagi, pasar modal Indonesia saat ini mulai dikuasai oleh investor domestik. Tren ini diprediksi terus berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya, dimana sudah dimulai sejak pertengahan tahun ini. Tren tersebut, menggeser peran investor asing karena likuiditas di pasar keuangan berlimpah di masyarakat.
"Partisipasi domestik itu naik signifikan sekali, jadi suatu yang sangat baik karena likuiditas. Akhirnya, pasar saham Indonesia tidak bergantung oleh asing lagi," kata Adrian.
Konsultan keuangan Kanaka Hita Solvera memprediksi IHSG di 2021 bisa bergerak lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pergerakan indeks pada 2020. Analis Penyelia Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial memperkirakan IHSG bergerak pada rentang level antara 6.400 sampai 6.600.
Ada beberapa sentimen yang bisa mempengaruhi laju IHSG sepanjang tahun depan, seperti kemenangan Joe Biden dalam pemilu Presiden Amerika Serikat. Kemenangan ini menguntungkan negara berkembang, termasuk Indonesia, ketimbang AS sendiri.
"Biden, less volatility, clear foreign policy, dan trigger massive capital inflows ke saham dan obligasi Indonesia yang sudah lama, 5 tahun under-owned," kata Janson kepada Katadata.co.id.
Sentimen dari dalam negeri yaitu pengesahan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja. UU ini dinilai berefek luar biasa ke ekonomi, khususnya sektor manufaktur yang membuat investasi langsung oleh asing semakin meningkat.
Apalagi, di dalam omnibus law tersebut adanya reformasi pajak berupa penurunan pajak korporasi menjadi 20% di 2022. Hal tersebut akan membuat Indonesia menjadi lebih kompetitif dibanding negara Asia Tenggara lainnya.
Menurutnya, sektor konsumer menjadi salah satu yang perlu diperhatikan oleh investor pasar saham. Sektor ini bisa memberikan pertumbuhan positif terhadap laba perusahaan yang dibagi per lembar saham alias Earning Per Share (EPS) pada 2020.
Pembukaan IHSG 2021
Mengawali perdagangan 2021, IHSG bergerak penuh fluktuasi. Indeks sempat berada di zona hijau dengan menguat 0,64% di level 6.017. Namun, sepuluh menit setelah perdagangan resmi dibuka, IHSG berbalik arah dan tercatat turun 0,42% di level 5.953.
Penurunan indeks ini sejalan dengan 213 saham yang berada di zona merah sejauh berita ini ditulis. Sedangkan hanya 145 saham yang bergerak menguat dan 161 saham sisanya tidak mengalami perubahan harga sejauh ini.
Tercatat total volume perdagangan pada pukul 09.10 WIB sebanyak 2,92 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 148.948 kali. Nilai transaksi di pasar saham sejauh ini mencapai Rp 1,87 triliun. Sementara investor asing melakukan jual dengan nilai bersih Rp 59,65 miliar.
Salah satu sektor saham yang sejauh ini turun paling besar adalah sektor pertambangan sebesar 1,3%. Beberapa saham yang mendorong pelemahan sektor ini seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang turun 3,85% di harga Rp 1.375 per saham sejauh ini.
Saham sektor tambang lainnya yang turun adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang turun hingga 5,34% menjadi Rp 2.660 per saham. Lalu, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun 5,6% di Rp 13.075 per saham. Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga turun 4,24% menjadi Rp 565 per saham.
Meski begitu, beberapa saham berkapitalisasi besar lainnya mengalami kenaikan harga. Sebut saja PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang naik 2,06% di harga Rp 2.480 per saham. Begitu pula dengan saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang mengalami kenaikan hingga 1,03% di harga Rp 1.955 per saham.