Menilik Saham Bali United di Tengah Buramnya Kompetisi Liga 1

Image title
8 Januari 2021, 14:26
bali united, kompetisi sepak bola, sepak bola, emiten bola, bisnis sepak bola, bola, liga 1 indonesia, liga 1, saham, saham bola, saham bali united, pasar modal
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.
Petugas kepolisian mengenakan masker saat melakukan penjagaan pertandingan Liga 1 2020 antara Bali United melawan Madura United di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Minggu (15/3/2020). PSSI akan menghentikan sementara kompetisi Liga 1 dan Liga 2 mulai Senin (16/3) terkait penyebaran COVID-19 atau virus Corona.

Kegiatan kompetisi sepak bola Liga 1 sudah beku sejak Maret 2020 lalu akibat pandemi Covid-19. Banyak klub sepak bola terdampak, salah satunya emiten di Bursa Efek Indonesia, PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) yang menaungi Bali United.

Bali United yang merupakan juara bertahan kompetisi Liga 1 2019, terakhir kali melakukan pertandingan pada 15 Maret 2020 melawan Madura United dalam pertandingan Liga 1 2020. Kompetisi tahun lalu baru menjalankan 3 laga. Bali United berada di urutan 2 klasemen sementara, di bawah Persib Bandung.

Advertisement

Penghentian tersebut membuat kinerja keuangan Bali United sangat terdampak. Hingga triwulan III 2020 saja, pendapatan Bali United anjlok hingga 55,92% menjadi Rp 63,15 miliar, jika dibandingkan periode sama tahun lalu. Penurunan pendapatan ini disebabkan penurunan komersial, sponsor, live video streaming, rekaman video, dan lainnya.

Akibatnya, Bali United harus mengalami kerugian dengan nilai bersih mencapai Rp 22,4 miliar sepanjang sembilan bulan 2020. Padahal, pada periode yang sama 2019, Bali United berhasil membukukan laba bersih mencapai Rp 10,05 miliar.

Manajemen Bali United mengaku bergantung pada liga kompetisi dan penonton yang pada akhirnya dapat menghasilkan arus kas dari sponsor, penonton, jasa streaming, dan jasa lainnya. Penghentian kompetisi, berdampak pada operasional, terutama aktivitas Bali United dan jasa live video streaming Liga Indonesia.

"Meskipun diperkirakan bersifat sementara, gangguan pada pemberhentian liga yang berkepanjangan akan berdampak negatif terhadap pendapatan dan likuiditas grup secara keseluruhan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2020." kata manajemen Bali United dalam laporan keuangan per September 2020.

Tidak hanya kinerja keuangan saja, dampaknya pun dirasakan pada saham Bali United yang mengalami penurunan. Saat Bali United memastikan juara Liga 1 2019 pada 2 Desember 2019, harga sahamnya senilai Rp 360. Namun, harganya turun sekitar 53,8% menjadi Rp 166 pada 7 Januari 2021.

Pemilik Bali United, Pieter Tanuri pun kerap melakukan transaksi saham Bali United meski kompetisi tengah dihentikan. Pada periode 27 Maret 2020 hingga 2 Juni 2020, ia melakukan pembelian sebanyak tiga kali dengan total 35,91 juta unit saham. Namun pada 5 Juni 2020, ia menjual 182,5 juta unit saham.

Setelah menjual, Pieter Tanuri masih aktif melakukan pembelian saham Bali United. Sejak 3 September 2020 hingga hingga 22 Desember 2020, total ada 10 transaksi pembelian dengan total 154,33 juta unit saham. Sehingga, kepemilikan Pieter Tanuri di Bali United sebesar 24,36%.

Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, saham Bali United sebenarnya kurang menarik untuk menjadi portofolio investasi jangka panjang. Sebab, kompetisi sepak bola di Indonesia yang tidak konsisten dan klub yang bersaing dengan ketat di liga.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement