Kasus Corona RI Tembus 1 Juta, Investor Jual Saham & IHSG Anjlok 1,89%

Image title
26 Januari 2021, 18:22
ihsg, ihsg hari ini, update ihsg, covid-19, corona, saham, saham hari ini, update saham, ihsg covid, pasar modal, bursa, bursa saham
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Karyawan membersihkan lantai di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (26/1) ditutup anjlok hingga 1,89% menyentuh level 6.140,17. Dengan penurunan hari ini, sudah empat hari perdagangan berturut-turut indeks anjlok, dengan total penurunan mencapai 4,5%.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, kasus positif Covid-19 yang hari ini bertambah 13.094 menjadi sentimen negatif terhadap pasar saham. Dengan tambahan tersebut, total orang terinfeksi virus corona di Indonesia menembus 1.012.350 kasus.

Advertisement

"Kasus Covid-19 di Tanah Air sudah menembus 1 juta. Ini merupakan sentimen negatif bagi market," kata Nafan kepada Katadata.co.id, Selasa (26/1).

Sentimen negatif juga datang dari global terkait kebijakan politik luar negeri Presiden Amerika Serikat yang baru saja dilantik, Joe Biden, terhadap Tiongkok. Ada potensi, ketegangan kedua negara masih berlanjut meski Donald Trump tidak lagi menjadi Presiden AS.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan penurunan indeks merupakan buah dari kenaikan yang terjadi pada hari-hari sebelumnya. Kenaikan signifikan indeks, dimotori oleh ekspektasi berlebih terhadap perekonomian Indonesia.

"Ekspektasi dan harapan yang tidak diikuti data makro ekonomi di atas kertas," kata Nico kepada Katadata.co.id. Selasa (26/1). Sejak awal 2021 hingga Rabu (20/1), indeks naik hingga 7,5% menyentuh level 6.429 sebelum anjlok dalam empat hari terakhir.

Nico mengatakan pemerintah sebelumnya terlalu optimis pada pertumbuhan ekonomi tahun ini 4,5%-5,5%. Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menurunkan proyeksi ini menjadi 4%-5,2%.

Meski program vaksinasi Covid-19 tengah berjalan, angka kasus positif Covid-19 terus bertambah. Pemerintah dinilai belum berhasil mengendalikan penyebaran Covid-19 yang bisa menyebabkan masyarakat menunda konsumsi. "Ini yang membuat daya beli tidak ada. Ketika daya beli tidak ada, otomatis pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan," kata Nico.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement