BEI Sesuaikan Harga Saham Bank Jago, Minat Investor Masih Tinggi
Bursa Efek Indonesia melakukan penyesuaian harga saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) berdasarkan harga teoretis di pasar reguler dan pasar negosiasi. Akibat penyesuaian ini, harga saham Bank Jago menjadi Rp 9.200 pada 5 Maret 2021, dari Rp 11.100 hari sebelumnya. Meski harganya disesuaikan, minat investor terhadap saham bank milik Gojek ini masih tinggi.
Berdasarkan pengumuman Bursa tertanggal 4 Maret 2021, penyesuaian harga ini sejalan dengan langkah Bank Jago menambah modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. Rasio HMETD Bank jago adalah 579:160 untuk saham.
"Setiap pemegang 579 saham lama ARTO mempunyai 160 HMETD untuk membeli 160 saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 2.350 per saham," seperti dikutip dari surat Bursa yang ditandatangani Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI Irvan Susandy.
Sementara, harga saham Bank Jago di pasar reguler pada 4 Maret 2021, tercatat Rp 11.100. Dengan demikian, harga teoretis untuk pedoman tawar-menawar dan penghitungan Indeks Harga Saham BEI serta Indeks Harga Saham Individual ditetapkan berdasarkan formula, menjadi Rp 9.205,55.
Formula perhitungan harga teoretis:
(Rp 11.100 x 579) + (Rp 2.350 x 160) | ||
Harga Teoretis = | ------------------------------------------- | = Rp 9.205,55 |
579 + 160 |
"Harga teoretis saham ARTO yang dicantumkan di JATS untuk pasar reguler dan pasar negosiasi pada 5 Maret 2021 disesuaikan dengan fraksi harga menjadi Rp 9.200," dikutip dari pengumuman Bursa.
Harga saham baru Bank Jago tersebut lebih rendah 17,11% dibandingkan dengan harga saham pada perdagangan hari sebelumnya. Pada 4 Maret 2021, saham Bank Jago ditutup di harga Rp 11.100 per saham.
Bursa juga melakukan penyesuaian harga dasar untuk penghitungan Indeks Harga Saham Individual ARTO. Bursa menetapkan harga dasar tersebut sebesar 16,446. Formula perhitungan harga dasar baru sebagai berikut:
9.200 | |||
Harga Dasar Baru = | ----------- | x 19,842 | = 16,446 |
11.100 |
Atas harga teoretis tersebut, harga saham Bank Jago di pasar reguler pun dibuka dengan harga Rp 9.200 per saham. Akibat perubahan tersebut, harga saham Bank Jago pun bergerak naik, bahkan sempat menyentuh harga Rp 10.500 per saham atau mengalami kenaikan 14,13% dibandingkan harga pembukaan.
Hingga penutupan perdagangan sesi pertama, total volume saham Bank Jago yang diperdagangkan hari ini sebanyak 9,72 juta. Bahkan ini tercatat lebih tinggi dari volume perdagangan sepanjang hari sebelumnya 8,62 juta unit.
Akibat perubahan harga saham Bank Jago, maka nilai kapitalisasi pasar Bank Jago juga ikut berubah menjadi Rp 108,83 triliun. Padahal, kapitalisasi pasar Bank Jago sempat menyentuh Rp 120,5 triliun dengan harga saham Rp 11.100 per saham pada perdagangan Kamis (4/3).
Nilai kapitalisasi pasar Bank Jago yang turun tersebut, membuat posisinya sebagai emiten dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar keempat di sektor finansial, harus turun. Posisinya disalip Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan kapitalisasi Rp 111,89 triliun dan Bank Syariah Indonesia (BRIS) yang berkapitalisasi Rp 109,96 triliun.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai, saham bank Jago memang tidak bisa dilihat dari segi valuasi saja. Menurutnya, saham ini perlu dilihat dari segi potensi bisnisnya ke depannya.
"Kalau bicara soal saham Bank Jago, tidak bicara valuasi. Bicara Bank Jagi maka perlu bicara soal potensi," ujarnya kepada Katadata.co.id, Senin (22/2).
Selain dimiliki oleh pebisnis dan bankir senior, Bank Jago juga baru saja memiliki investor anyar sejak akhir tahun lalu. Gojek, melalui anak usahanya, melakukan akuisisi sehingga kini memiliki saham Bank Jago sebesar 22,16%. Menurut Nico, Gojek merupakan salah satu perusahaan dengan ekosistem bisnis yang besar di Tanah Air.
Karena punya ekosistem yang begitu besar pada salah satu induk usahanya dengan memiliki banyak pengguna, bisa menjadi salah satu tolak ukur bank ini kelak menjadi bank yang besar. Apalagi, dengan banyaknya pengguna, bisa menjadi sumber pendapatan bagi induk maupun akan usahanya.
"Sehingga, wajar bahwa Bank Jago nanti menjadi bank digital dari Gojek, menjadi salah satu leading company khususnya di bank digital," kata Nico.
Isu yang kedua yang mampu mempengaruhi harga saham Bank Jago adalah terkait dengan peluang bergabungnya (merger) Gojek dengan Tokopedia. Kedua perusahaan rintisan yang saat ini berstatus decacorn tersebut, bisa saling melengkapi dan membuat ekosistemnya semakin luas.
"Perusahaan-perusahaan di bawahnya pasti akan terkena dampaknya, termasuk Bank Jago. Ini merupakan salah satu poin yang perlu diperlukan, bukan valuasi tapi soal proyeksi di masa depan," kata Nico.