Potret Emiten Batu Bara 2020: Permintaan Lesu, Kinerja Anjlok

Image title
12 Maret 2021, 19:56
batu bara, emiten batu bara, adaro energy, indo tambangraya megah, bukit asam, ptba, itmg, saham batu bara, energi
123RF.com/Lorelyn Medina
Ilustrasi batu bara

Beberapa emiten batu bara di Bursa Efek Indonesia telah menyampaikan laporan keuangan 2020. Hasilnya, pendapatan dan laba bersih emiten-emiten batu bara tahun lalu mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan kinerja emiten batu bara, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), utamanya disebabkan pandemi Covid-19 yang menyebar luas di dunia. Sehingga ada penurunan konsumsi energi dan harga batu bara yang mengalami penurunan.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan pandemi Covid-19 telah berimbas menurunnya konsumsi energi. Ini akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti Tiongkok dan India.

"Begitu juga dengan kondisi di dalam negeri yang menjadi pasar mayoritas Bukit Asam. Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa dan Bali juga berdampak turunnya penyerapan batu bara domestik," kata Arviyan dalam konferensi pers, Jumat (12/3).

 

Selain permintaan, harga batu bara tahun lalu, juga menjadi tantangan tersendiri bagi Bukit Asam. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara acuan (HBA) sangat berfluktuasi sepanjang 2020.

Harganya, berawal di angka US$ 65,93 per ton di awal Januari 2020 dan sempat menyentuh titik di bawah US$ 50 per ton pada September 2020. Rata-rata HBA sepanjang 2020 merupakan yang terendah selama 4 tahun terakhir dengan berada di level US$ 58,17 per ton.

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir mengaku harus menghadapi banyak tantangan pada 2020. "Dari pandemi global, sampai cuaca yang tidak mendukung," katanya dalam siaran pers yang terbit 4 Maret 2021.

Sepanjang tahun lalu, pendapatan usaha Adaro Energy turun 27%. Ini diakibatkan adanya penurunan harga batu bara hingga 18% dan menurunnya volume penjualan 9%.

Manajemen Indo Tambangraya juga mengatakan wabah Covid-19 sangat mempengaruhi permintaan global atas barang dan jasa. "Serta komoditas mineral dan supply chain," kata manajemen dalam laporan keuangan.

ITMG telah mengambil sejumlah langkah dalam menghadapi dampak Covid-19 terhadap kegiatan operasional. Namun, dampak jangka panjang pandemi hingga saat ini sulit untuk diprediksi.

Meski begitu, Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu memperkirakan pada 2021 kinerja emiten bakal meningkat. Dia mengungkapkan berbagai faktor pendorong, salah satunya harga batu bara yang diprediksi menyamai rata-rata 2019 di kisaran US$ 75-80 per ton.

Dengan kembali pulihnya permintaan batu bara yang mulai terjadi sejak paruh kedua tahun lalu, Samuel Sekuritas memperkirakan rata-rata harga batu bara pada 2021 bisa stabil pada level US$ 75 per ton.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...