Pendapatan Negara dari Dividen Bank BUMN Hanya Rp 13,5 T, Anjlok 43%

Image title
29 Maret 2021, 20:57
bank bumn, bumn, setoran dividen bumn, dividen bumn, dividen bank bumn, bri, bank mandiri, bni, btn, dividen bank mandiri, dividen bri, dividen btn, dividen bni
Arief Kamaludin (Katadata)
Uang elektronik milik bank-bank bumn.

Bank milik negara, Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN telah memutuskan pembagian dividen hasil laba bersih yang diperoleh pada 2020. Total dividen yang dibagikan dari keempat bank tersebut lebih rendah dari tahun sebelumnya, begitu pula dividen yang disumbangkan ke negara.

Pembagian dividen keempat bank BUMN ini diputuskan dalam rapat umum pemegang saham tahunan untuk tahun buku 2020 masing-masing bank yang sudah digelar. Total dividen yang dibagikan oleh bank-bank ini mencapai Rp 23,21 triliun. Negara sebagai mayoritas pemegang saham masing-masing bank, secara total mendapatkan setoran senilai Rp 13,53 triliun, hasil dari raihan laba bersih 2020.

Nilai dividen tersebut jauh di bawah realisasi dividen yang dibagikan tahun lalu 2020 atas hasil laba bersih 2019. Ini terjadi lantaran laba bersih 2020 mayoritas Himbara mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan raihan laba bersih 2019.

Secara total, dividen yang dibagikan oleh Himbara pada 2020 atas laba bersih 2019 nilainya mencapai Rp 40,96 triliun. Otomatis, pendapatan negara dari pembagian dividen pada 2020, jauh lebih besar karena totalnya mencapai Rp 23,9 triliun. Artinya pendapatan negara dari dividen Himbara tahun ini mengalami penurunan 43% dibanding tahun ini.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

BRI menjadi pemberi dividen dengan nilai terbesar. Keputusan yang diambil oleh pemegang saham dalam rapat pada Kamis (25/3), menyetujui pembayaran dividen senilai Rp 12,12 triliun untuk pemegang saham, termasuk negara.

Nilai dividen tersebut berasal dari 65% dari laba bersih konsolidasian 2020 sebesar Rp18,65 triliun. Sementara itu, sisanya sebesar 35% atau sebesar Rp 6,52 triliun akan digunakan sebagai saldo laba ditahan.

 

Negara merupakan pemegang saham mayoritas BRI, dengan kepemilikan 70 miliar unit saham atau setara dengan 56,75%. Dari hasil pembagian dividen ini, negara mendapatkan sekitar Rp 6,88 triliun. Sementara, sisanya untuk pemegang saham publik.

Rasio pembagian dividen terhadap laba bersih (dividen payout ratio) yang diberikan kepada pemegang saham tahun ini lebih besar dibandingkan tahun lalu yang hanya 60%. Namun, nilai dividen yang diberikan tahun ini jauh di bawah tahun lalu seiring penurunan laba bersih, dimana laba bersih tahun buku 2019 mencapai Rp 34,37 triliun.

Artinya tahun lalu, BRI membagikan dividen senilai Rp 20,62 triliun kepada pemegang saham. Saat itu, pemerintah menerima dividen dari BRI mencapai Rp 11,7 triliun. Sisanya dibagikan kepada pemegang saham publik.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

Bank Mandiri membagikan dividen dengan total Rp 10,27 triliun atau sekitar Rp 220 per saham. Dividen tersebut diambil dari 60% laba bersih 2020 yang senilai senilai Rp 17,11 triliun. Pembagian dividen tersebut ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Senin (15/3).

Negara Republik Indonesia memiliki 28 miliar unit saham Bank Mandiri per 28 Februari 2021, atau setara 60% dari total saham. Dengan begitu, negara mendapatkan pembagian dari dividen Bank Mandiri mencapai Rp 6,16 triliun. Sementara, sisanya dibagikan untuk pemegang saham publik.

Sisa 40% laba bersih yang tidak dijadikan dividen, menjadi laba ditahan yang rencananya digunakan untuk pengembangan layanan digital. Manajemen ingin menjadi mitra finansial utama pilihan nasabah, salah satunya dengan layanan perbankan digital yang andal.

Dividen yang dibagikan Bank Mandiri pada 2020 yang berasal dari tahun buku 2019, nilainya mencapai Rp 16,48 triliun yang berasal dari 60% laba bersih senilai Rp 27,48 triliun. Pemerintah mendapatkan dividen senilai Rp 9,89 triliun pada 2020 lalu.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

BNI dalam RUPST yang digelar Senin (29/3), pemegang saham menyetujui pembagian dividen sekitar Rp 820,1 miliar kepada pemegang saham. Dividen tersebut setara dengan 25% dari laba bersih tahun buku 2020 yang senilai Rp 3,28 triliun.

Dengan memperhitungkan komposisi saham milik pemerintah yang sebesar 60%, maka BNI akan menyetorkan dividen sebanyak Rp 492,58 miliar ke rekening kas umum negara. Sementara, sisa 40% dimiliki oleh pemegang saham publik atau senilai senilai Rp 327,52 miliar.

 

Dividen yang diberikan BNI tahun lalu berdasarkan capaian kinerja 2019 nilainya mencapai Rp 3,84 triliun, berasal dari 25% laba bersih Rp 15,38 triliun. Pemerintah mendapatkan bagian dividen senilai Rp 2,3 triliun pada 2020.

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)

BTN memutuskan tidak membagikan dividen dari hasil laba bersih 2020 yang senilai Rp 1,6 triliun. Alasannya, karena BTN ingin mempertebal modal inti. Hingga akhir 2020 modal inti BTN tercatat Rp 17,62 triliun atau dengan rasio 13,64%.

 

Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan ditargetkan rasio modal inti BTN bisa secara bertahap hingga di atas 17%. Dengan naiknya rasio modal inti tersebut, manajemen berharap pemeringkatan (rating) BTN bisa lebih baik dari saat ini.

"BTN memang ingin memperkuat tier 1 capital karena termasuk yang paling rendah di antara bank BUMN," kata Nixon dalam konferensi pers terkait rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), Rabu (10/3).

Padahal tahun lalu, BTN masih membagikan dividen senilai Rp 20,92 miliar kepada pemegang saham yang berasal dari 10% laba bersih BTN pada 2019 senilai Rp 209,26 miliar. Pemerintah yang memiliki 60% saham BTN saat itu, mendapat bagian dividen senilai Rp 12,55 miliar.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...