Pendapatan Anjlok 49% Akibat Pandemi, Blue Bird Merugi pada 2020
Kinerja emiten transportasi PT Blue Bird Tbk (BIRD) tertekan dampak pandemi Covid-19. Sepanjang 2020, pendapatan perusahaan anjlok hingga 49,38%. Hal ini membuat capaian laba bersih yang didapat pada 2019, berbalik menjadi rugi pada tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan, Blue Bird hanya mampu mengumpulkan pendapatan Rp 2,05 triliun sepanjang tahun lalu. Capaian ini hanya setengah dari pendapatan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 4,05 triliun.
Manajeman Blue Bird mengatakan wabah Covid-19 telah menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi global dan domestik. Kondisi ini mempengaruhi operasi Grup serta pelanggan dan pemasok Grup. Blue Bird menilai dampak pandemi ini tidak akan permanen terjadi, dan kondisi perusahaan akan bisa kembali normal.
Menurut Blue Bird dampak pandemi bergantung pada beberapa perkembangan tertentu di masa depan yang tidak dapat diprediksi pada saat ini. Perkembangan ini termasuk durasi penyebaran wabah, kebijakan ekonomi dan kebijakan lainnya yang diterapkan pemerintah untuk menangani ancaman Covid-19. Sejumlah faktor-faktor tersebut akan berdampak pada pegawai, pelanggan dan pemasok Grup Blue Bird.
Saat ini dampak dari pandemi Covid-19 belum secara signifikan menggangu keberlanjutan usaha serta tidak mengakibatkan peningkatan signifikan resiko kredit. Grup masih melayani pelanggan secara normal," kata Manajemen Blue Bird, seperti dikutip dalam laporan keuangan yang diterbitkan pada Selasa (30/3).
Kinerja Blue Bird Sepanjang 2020
Bisnis taksi masih menjadi penyumbang total pendapatan Blue Bird, porsinya mencapai 75% dengan nilai Rp 1,54 triliun. Sisanya dari bisnis sewa kendaraan Rp 520,94 miliar, pendapatan dari sewa gedung Rp 4,47 miliar dan komisi lelang menyumbang Rp 14,82 miliar.
Penurunan pendapatan yang sangat besar tidak diimbangi dengan penurunan biaya yang dikeluarkan. Total beban langsung dan beban usaha perseroan pada tahun lalu hanya turun 38% menjadi Rp 2,27 triliun.
Makanya laba usaha yang pada tahun sebelumnya mencapai Rp 371,95 miliar, berubah menjadi rugi hingga Rp 227,04 pada tahun lalu.
Selain itu, beban bunga Blue Bird tahun lalu juga meningkat 29,43% dari 80,86 miliar menjadi Rp 104,66 miliar. Emiten ini pun harus menanggung kerugian dari pelepasan asetnya hingga Rp 34,83 miliar serta beban lain-lain senilai Rp 53,51 miliar.
Alhasil Blue Bird harus menanggung rugi bersih pada tahun lalu sebesar Rp 163,18 miliar. Padahal, tahun sebelumnya emiten taksi berlogo burung biru ini masih mencatatkan laba bersih hingga Rp 315,62 miliar.