• Kementerian Pertahanan dalam sorotan seiring dengan rencana anggaran modernisasi Alutsista hingga Rp 1.760 triliun, yang sebagian dibiayai dari utang luar negeri.
  • DPR tidak mengetahui rencana anggaran ini, namun dokumen rancangan peraturan presiden terkait hal ini sudah menyebar ke publik.
  • Beredar juga dokumen yang menyebutkan adanya perusahaan di tubuh Kementerian Pertahanan yang diduga akan menggarap proyek pengadaan alutsista.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto akhirnya hadir dalam rapat tertutup dengan Komisi I DPR untuk menjelaskan polemik rencana utang untuk mendanai pengadaan alutsista (alat utama sistem persenjataan) pada Rabu (2/6). Dia sempat absen dari undangan DPR sebelumnya pada Senin (31/5).

Sekitar 7,5 jam pertemuan tertutup dengan Komisi I, Prabowo mengaku menjelaskan secara terbuka rencana modernisasi alutsista kepada DPR serta rencana induk dan rencana anggaran Kemenhan. "Banyak pertanyaan. Ya ada juga isu-isu di luar dan sebagainya saya jelaskan satu persatu," kata Prabowo usai pertemuan tersebut di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/6).

Kepada wartawan, dia tidak menjelaskan detail pembahasannya dengan Komisi I. Terutama kehebohan saat ini terkait rencanaan anggaran alutsista yang nilainya fantastis. Namun, sebagian dibiayai dari utang luar negeri. Menurutnya hal tersebut masih dalam pembahasan bersama Kementerian Keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Dalam dua pekan terakhir masyarakat dihebohkan dengan munculnya dokumen Rancangan Peraturan Presiden (Raperpres) terkait pengadaan dan pemeliharaan alat peralatan pertahanan dan keamanan (Alpalhankam). Nilai anggaran yang diajukan untuk program ini mencapai US$ 124,99 miliar atau setara dengan Rp 1.760 triliun, yang sebagian berasal dari utang luar negeri. Rencana anggaran ini muncul tanpa ada roadmap yang jelas.

Nilai rencana anggaran pertahanan ini lebih besar dari target pendapatan negara dalam APBN 2021 sebesar Rp 1.746 triliun. Dengan anggaran sebesar ini, Indonesia bisa memiliki banyak alutsista canggih. Sebagai gambaran, harga jet tempur termahal produksi Amerika F22 Raptor sekitar US$ 152 juta. Dengan anggaran US$ 124,99 miliar, Indonesia bisa membeli 823 jet tempur F22 Raptor.

Dalam dokumen Raperpres ini, pada pasal 2 ayat (1) disebutkan menteri menyusun perencanaan kebutuhan (Renbut) anggaran Alpalhankam Kemhan dan TNI untuk lima Renstra Tahun 2020-2044 yang pelaksanaannya akan dimulai pada Renstra 2020-2024, membutuhkan Renstra Jamak dalam pembiayaan dan pengadaannya.

Pasal 3 ayat 1 disebutkan rencana kebutuhan (Renbut) Alpalhankam Kemhan/TNI mencapai US$ 124,99 miliar. Ayat 2 menjelaskan rincian dari anggaran tersebut sebagai berikut:

  1. Untuk akuisisi Alpalhankam sebesar US$ 79,1 miliar
  2. Untuk pembayaran bunga tetap selama lima Renstra sebesar US$ 13,39 miliar
  3. Untuk dana kontijensi serta pemeliharaan dan perawatan Alpalhankam sebesar US$ 32,51 miliar.

Pasal 3 ayat 3 menyebutkan dari total kebutuhan anggaran US$ 124,99 miliar, telah dialokasikan US$ 20,75 miliar dalam Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah Khusus Tahun 2020-2024. Pasal 3 ayat 4 menjelaskan sisa anggaran US$ 104.25 akan dipenuhi dari Renstra Tahun 2020-2024.

"Pertanyaan saya sederhana saja, ini anggaran pertahanan sebesar ini dalam 3 tahun kita mau beli apa? Mau perang ke mana? Alutsista apa yang mau kita bikin?" kata Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie, kepada wartawan, Kamis (27/5).

Di sisi lain, muncul nama perusahaan yang dikait-kaitkan dengan rencana pengadaan Alutsista tersebut. Dalam dokumen lain yang didapat Katadata, menyebutkan Kementerian Pertahanan telah membuat perusahaan bernama PT Teknologi Militer Indonesia (TMI).

Dokumen dengan kop Kementerian Pertahanan dan ditandatangani Menteri Prabowo tersebut menjelaskan PT TMI berada di bawah pengawasannya. Perusahaan ini disebut-sebut bertujuan mempercepat proyek pengadaan alat pertahanan. PT TMI ini dipimpin oleh Mayjend TNI Glenny Kairupan dan mantan Dirut PT PAL (Persero) Harsusanto.

Dokumen PT TMI
 

Berdasarkan laman https://tmi-id.com dijelaskan PT teknologi Militer Indonesia adalah platform strategis untuk akuisisi teknologi inovatif untuk meningkatkan sektor pertahanan dan keamanan nasional, juga integrator sistem untuk sistem manajemen pertempuran yang mewujudkan perkembangan teknologi militer maju. Situs ini juga menjelaskan PT TMI menyediakan berbagai alutsista, tapi tidak dijelaskan jenisnya.

Sementara akta pendirian perusahaan yang diperoleh D-Insights menyebutkan TMI yang beralamat di Jalan Kramat Kwitang Nomor 21 Jakarta Pusat ini memiliki beberapa pemegang saham. Pemegang saham terbesar adalah Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan (YKPP) dengan setoran modal Rp 49,99 miliar atau memiliki porsi saham 99,8%. Pemegang saham lainnya adalah Primer Koperasi Pegawai Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan.

Adapun pengurus perusahaan ini adalah:

Komisaris Utama: Glenny Kairupan

Komisaris:

  • Angga Raka Prabowo
  • Judi Magio Yusuf
  • Nugroho Widyotomo
  • Prasetyo Hadi

Direktur Utama: Harsusanto

Direktur:

  • Tony Setia Boedi Hoesodo
  • Wicaksono Aji
  • Mundasir
  • Satrio Dimas Aditya

Nama-nama tersebut diketahui adalah orang dekat Prabowo. Beberapa di antara mereka sama-sama pensiunan perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yaitu Glenny Kairupan, Judi Magio Yusuf, Nugroho Widyotomo, Mundasir, dan Tony Setia Boedi Hoesodo. Glenny Kairupan dikenal sebagai sahabat satu angkatan Prabowo saat masuk Akademi Angkatan Bersenjata tahun 1970. Glenny bersama Judi Magio Yusuf pernah menjabat sebagai Dewan Pembina Gerindra, partai yang didirikan Prabowo.

Juru Bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, membantah kabar bahwa Prabowo menunjuk PT TMI untuk menangani pengadaan alutsista senilai Rp 1.784 triliun. Dahnil mengatakan perusahaan itu bergerak di bidang pengembangan teknologi dan sumber daya manusia, bukan pengadaan alutsista.

"TMI tidak melakukan kontrak dengan Kementerian Pertahanan di satu sisi terkait belanja-belanja alutsista yang dilakukan oleh Kemenhan. TMI juga tidak jual beli dan segala macam," kata Dahnil, seperti dikutip dari CNN Indonesia TV, Senin (31/5).

Dia mengakui perusahaan itu memang dibentuk oleh Yayasan Pengembangan Potensi Pertahanan. Namun, Mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah itu memastikan Prabowo tidak memiliki kaitan dengan PT TMI, meski perusahaan tersebut dipimpin kawan lamanya. Dukungan Prabowo terhadap perusahaan-perusahaan alutsista, termasuk PT TMI, dalam rangka strategi diplomasi.

Publik Menanti Penjelasan Prabowo

Terkait dokumen yang sudah kadung menyebar ke publik dan rencana anggaran Kementerian Pertahanan ini, Komisi I DPR sudah memanggil Menteri Prabowo untuk menjelaskannya. Namun, Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I DPR pada Senin (31/5), hanya dihadiri Wakil Menteri Pertahanan Herindra, Kasad, Kasau, Kasal dan Kepala BAIS.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement