Investasi Lippo Group ke Bisnis Digital untuk Membidik Midlle Class

Safrezi Fitra
2 September 2021, 08:05
Ilustrasi Direktur Lippo Group John Riady
Katadata | Joshua Siringoringo
Direktur Lippo Group John Riady

Peluang bisnis digital diyakini menjanjikan bagi pelaku usaha. Bahkan ada yang bilang bisnis ini mampu bertahan dan terus tumbuh di masa krisis akibat pandemi Covid-19 saat ini. Banyak kelompok-kelompok konglomerasi besar pun ingin ikut ambil bagian dengan berinvestasi di perusahaan startup digital.

Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah mengatakan transaksi ekonomi digital di Tanah Air pada 2020 diperkirakan US$ 44 miliar atau setara Rp 638 triliun. Tiga tahun lagi angka tersebut bisa mencapai Rp 1.798 Triliun.

Mungkin peluang pasar ini yang besar yang coba diambil Lippo Group dengan masuk ke bisnis digital. Selama ini Lippo Group dikenal sebagai salah satu kelompok bisnis terbesar di Indonesia yang bergelut di berbagai sektor dari properti, kesehatan, media, retail, hingga investasi.

Grup Lippo mulai masuk ke bisnis startup digital pada 2015 dengan mendirikan perusahaan investasi yakni Venturra Capital. Perusahaan ini didirikan dengan dukungan modal sebesar US$ 150 juta atau sekitar Rp 2 triliun. Saat ini Venturra Capital sudah berinvestasi di banyak startup seperti Zilingo, ruangguru.com, Luno, Shopback, Kaodim, Sociolla, Bride Story, Fabelio hingga TADA.

Lippo Group sempat mengincar perusahaan ride hailing Gojek pada 2016, tapi gagal. Akhirnya investasi tersebut dialihkan ke perusahaan sejenis asal Singapura, Grab pada 2016 melalui penggalangan dana yang dilakukan Venturra Capital. Ketika itu Venturra Capital berhasil menggalang dana untuk Grab sebesar US$ 100 juta. Lippo Group berkontribusi US$ 5.000 atau setara Rp 68 juta.

Saat ini Lippo memang cukup banyak berinvestasi di perusahaan digital. Rata-rata perusahaan yang dimasukinya cukup kuat, seperti Ruang Guru, Grab, Ovo, serta yang masih hangat adalah Gojek dan Tokopedia.

Pandemi Covid-19 yang berdampak besar bagi perekonomian dunia seolah tidak menyurutkan langkah grup Lippo terus berinvestasi di perusahaan teknologi digital. Direktur Lippo Group John Riady mengatakan pandemi Covid-19 justru mempercepat dan memperdalam transformasi digital. Sebagian besar aktivitas masyarakat sudah dapat dilakukan secara online.

“Tentu sekarang dalam kehidupan kita masing-masing itu cara kita pesan makanan, cara kita belanja, cara kita melakukan pembayaran, semuanya sudah berubah,” kata Direktur Lippo Group John Riady, saat sesi wawancara dengan Katadata.co.id, Selasa (24/8).

Lantas bagaimana awalnya Lippo Group yang sebelumnya di bisnis konvensional mulai masuk ke bisnis digital? Berikut kutipan wawancaranya bersama Co-founder dan CEO Katadata Metta Dharmasaputra:

 Apa latar belakang Lippo berinvestasi di digital?

Visi kami selama ini adalah bagaimana mengambil bagian dan memberi kontribusi terhadap konsumen middle class di Indonesia.

Kami adalah perusahaan konsumen jasa dan percaya sepuluh tahun ke depan akan banyak penduduk Indonesia memasuki middle class. Saat memasuki segmen menengah ini, mereka, generation of first, barangkali pertama kali berlibur ke luar negeri atau mengirim anggota keluarga, seperti anaknya, untuk dapat mencapai perguruan tinggi di luar negeri. Barangkali pertama kalinya mereka dapat mengalami pelayanan kesehatan berkualitas global.

Jadi, setiap saat kehidupan masyarakat meningkat, visinya kami bagaimana megambil bagian dalam momentum tersebut. Secara langsung atau tidak langsung, kami bisa meningkatkan taraf hidup mereka dan memberikan dampak positif pada kehidupan mereka.

Saya pikir sekarang ini tidak lepas dari transformasi digital. Makanya, saya percaya perubahan perilaku konsumen dan tren teknologi yang tentunya dipercepat dan diperdalam. Adanya Covid-19 ini menjadi salah satu game changer penting di Indonesia.

Apa yang dilihat Lippo di bisnis digital?

Dari perspektif bisnis, tentu kami fokus untuk mencari perusahaan yang bisa menjawab dan memberi solusi dari masalah di komunitas kita. Saya percaya tidak ada perusahaan yang memberikan solusi lebih baik dalam menghadapi tantangan untuk menjawab masalah kebutuhan konsumen.

Kami melihat Tokopedia, Gojek dan Ruang Guru sangat berhasil karena mereka memberi solusi riil terhadap kebutuhan konsumen. Sehingga benar-benar mengubah consumen behaviour dan terus menggunakannya. Terjadilah sebuah bisnis yang ril, karena memiliki value propotition (nilai yang utuh) yang bisa menjawab masalah di komunitas.

Saya pikir kami perlu kembali ke fundamental, apakah perusahaan ini bisa menjawab sebuah value propotition yang riil? Apakah memberikan nilai tambah bagi masyarakat kita? Dan saya percaya banyak perusahaan startup melakukan itu. Makanya, dampak positifnya nyata.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...